/1/
Aku duduk terpaku,
dengan tatapan kosong, di kala hujan menemani
entah bagaimana bisa, puluh ribu kata memenuhi pikiranku
entah karena apa, tak hanya semesta yang menangis
kalbuku pun begitu.
Kata, detak jantung, peringaimu memenuhi pikiranku.
Bahkan rintik rinai seakan menggambarkan kala itu.
/2/
Kaki kuatmu menapaki setiap kerikil, jalan tanjakan,
bahkan semak, yang barang kali adalah semak duri.
Sakit seakan tak kau rasa,
apa itu pedih? atau bahkan menyayat?
Sudahlah, kau bahkan tak akan menjawab itu.
/3/
Dalam jeda perjalanan kita,
Banyak tanya yang memenuhiku.
Akankah selesai di sini?
bagaimana jika Dia lebih menginginkanmu?
Kau seka nanarku dengan dengusanmu.
ruang untukku
memegang erat tanganmu yang rimpuh berkerut.
'mari kita menapakinya lagi' ucapmu selalu.
'mengapa tidak berhenti dahulu,
kita tak mengejar apa' jawabku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H