Mohon tunggu...
Elisabet Olimphia Selsyi
Elisabet Olimphia Selsyi Mohon Tunggu... Administrasi - well organized and visioner.

Beri aku sebuah media citizen jounalism, niscaya akan kuguncangkan jagat media. S.I.Kom UAJY.

Selanjutnya

Tutup

Money

Korporasi Bisnis dan Wacana Kritis

7 Maret 2016   13:14 Diperbarui: 7 Maret 2016   13:51 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Environmentalism dan Perkembangannya

            Eder (1996), seorang akademis, menyebutkan tiga fase transformasi dari ideologi lingkungan. Pertama adalah fase di mana terdapat ketidakcocokan antara ekologi dan ekonomi yang ditandai dengan masalah lingkungan. Kedua, pendekatan peraturan mendominasi aksi dan wacana lingkungan. Ketiga, muncul pada pertengahan tahun 1990, bahwa normalisasi budaya dari fokus mereka akan lingkungan dan integrasi mereka dengan pola dimunculkan oleh pemikiran ideologis (Buhr & Reiter, n.d., hal. 3).

            Kepentingan ekonomi memicu para korporat bertindak serakah dengan mengeksploitasi alam di luar batas kewajaran. Kepentingan ekonomi dan ilmu alam dirasa akan selalu memiliki tujuan yang bertolak belakang. Seiring dengan berjalannya waktu, protes masyarakat mulai bermunculan. Mereka mengkritisi korporat yang bertindak sewenang-wenang terhadap alam. Dalam protesnya, masyarakat mengusulkan peraturan agar korporasi yang ada dapat bersaing secara sehat dengan tidak merusak alam.

            Sedangkan fase terakhir menjelaskan bahwa pembangunan yang berkelanjutan membutuhkan niat perubahan pada korporasi bisnis, dibantu peran pemerintah, dan masyarakat. Kepedulian tersebut harus terlihat dalam pemikiran dan tingkah laku mereka. Bagaimana sebuah perusahaan kayu mengambil SDA secukupnya dan dengan teknik yang benar, misalnya dengan cara tebang pilih. Contoh lain misalnya pada perusahaan peleburan besi dan baja yang memberikan dampak pada polusi udara juga perlu diupayakan untuk menekan pencemaran udara.

            Eder mendefinisikan ideologi lingkungan sebagai titik balik dari evolusi budaya akan modernitas sejauh itu membuktikan sebuah orientasi budaya baru dengan menggantikan ekologi untuk industrialisme sebagai model budaya dasar dari modernisasi. Selain itu, ekologi mengubah sifat politik dengan menciptakan politik alam (the politics of nature) (Buhr & Reiter, n.d., hal. 3). Di sini lingkungan dianggap perlu diperlakukan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dalam kegiatan industrialisme. Alam dijaga dan diatur pemanfaatannya dengan bantuan kebijakan atau regulasi politik yang dibuat pemerintah.

            Sejak lingkungan menjadi fokus dari wacana protes, berbagai kelompok kepentingan muncul dengan berbagai sudut pandang dalam komunikasi lingkungan. Komunikasi mengenai ilmu alam menjadi sebuah perantara antara konflik politik dan debat politik yang mengubah budaya politik masyarakat modern (Buhr & Reiter, n.d, hal. 4). Organisasi bisnis mendapatkan perhatian dari publik. Publik mengawasi gerak-gerik organisasi sehingga mereka harus terus berusaha menanamkan image yang positif, atau yang disebut identitas hijau (green identity). Ideologi lingkungan membentuk sebuah masyarakat modern yang menuntut korporasi dan bisnis untuk memberikan sumbang sih yang positif terhadap alam dan turut membantu pembangunan yang berkelanjutan.

 

Filosofi Lingkungan Menuntun Persepsi Masyarakat

            Filosofi lingkungan mengadopsi dua pendekatan, yaitu pandangan antroposentris dan ekosentris. Antroposentris adalah pendirian kapitalis murni dan kaum bijaksana yang berkaitan dengan ekonomi neo-klasik yang berteori tentang sebuah kerangka utilitarian yang sedikit dipahami sebagai kepentingan pribadi yang rasional. Hak individu harus didahului dari kepentingan kelompok. Sedangkan ekosentris pergerakan ekologiwan sosial dan sosialis yang menempatkan manusia dalam konteks alam dan menawarkan kritik pada setiap bentuk dominasi, khususnya dalam sebuah negara, pada bentuk-bentuk kekuatan ekonomi, otoritarianisme, ideologi represif, dan mesin teknologi (Buhr & Reither, n.d, hal. 6). Intinya ekosentris berpusat pada

            Gray (1996 dalam Buhr & Reiter) merumuskan beberapa klasifikasi yang muncul dari dua pandangan tersebut untuk menjelaskan bagaimana kelompok-kelompok dalam masyarakat mempertimbangkan hubungan antara organisasi dengan masyarakat, diantaranya: kapitalis murni, kaum bijaksana, pendukung kontrak sosial, ekologiwan sosial, sosialis, feminis radikal, dan ekologiwan mendalam (Buhr & Reither, n.d, hal. 4). Pandangan mereka digunakan sebagai kerangka dalam menilai dan mempertimbangkan korporasi-korporasi yang ada.

            Kapitalis murni adalah pandangan dominan dalam hal akuntansi dan keuangan yang merujuk pada tanggung jawab korporasi untuk menghasilkan uang pada pemegang saham. Orientasi semacam ini mungkin hanya terpatok pada uang semata dan akan berujung pada eksploitasi alam. Kelompok kaum bijaksana memandang bahwa kesejahteraan dan stabilitas ekonomi hanya dapat dicapai dengan persetujuan dan tanggung jawab sosial. Dengan begitu terjadi kesepakatan dalam hubungan alam dengan masyarakat. Pendukung kontrak sosial adalah perilaku perusahaan yang juga diinginkan oleh masyarakat−sehingga ada tanggung jawab untuk menghargai dan merespon keinginan masyarakat.

            Ekologiwan sosial muncul sebagai sosok yang memiliki keprihatian terhadap lingkungan sosial karena mereka yakin bahwa korporasi memiliki pengaruh yang besar terhadap masalah lingkungan dan sosial. Sedangkan sosialis adalah mereka yang merasa bahwa perlu diadakan penyesuaian kembali dalam kepemilikan dan pembangunan masyarakat. Feminis radikal adalah mereka yang merasa bahwa ada yang salah dalam pembangunan yang bersifat maskulin dalam sistem sosial, sehingga membutuhkan perlakuan khusus dengan nilai-nilai feminim, seperti cinta, belas kasih, dan kerjasama. Ekologiwan mendalam menganggap bahwa manusia memiliki hak hidup yang lebih baik dibanding makhluk lainnya.

            Hubungan yang harus dipertanggungjawabkan antara korporasi dan dengan harapan kita untuk perubahan sosial dibatasi oleh perspektif filosofis yang mendasari pengungkapan dalam pertanggungjawaban korporasi. Tujuan kita adalah untuk membangun sebuah pemahaman dari kesatuan pandangan (worldview), berdasarkan dasar-dasar pandangan filosofis yang ada di mana pandangan dibangun dan bagaimana itu memengaruhi harapan kita untuk perubahan.

            Kesuksesan suatu korporasi bisnis sangat ditentukan oleh kesuksesan mereka dalam profil media, reputasi, dan akhirnya pada kepercayaan publik, pembeli, dan investor (Buhr &Reither, n.d, hal. 7). Wacana adalah produk sosial dan budaya yang membangun kehidupan sosial dan secara kontinyu memproduksi, mereproduksi, dan mengubah arti, ideologi, dan struktur sosial kita (Buhr &Reither, n.d, hal. 7). Wacana terdiri dari bermacam-macam opini dari masyarakat sehingga kita perlu menganalisis kecenderungan dari wacana publik tersebut terhadap suatu isu.

            Baik korporasi maupun masyarakat sama-sama memiliki kekuatan. Masyarakat akan secara aktif membentuk persepsinya akan representasi dari suatu korporasi. Dalam suatu hubungan mungkin saja muncul ketidakcocokan, sama halnya dengan hubungan antara masyarakat dengan korporasi. Maka, baiknya para korporat meminimalisir segala dampak yang mungkin muncul dari bisnisnya, dan aktif mengadakan sosialisasi sebagai bentuk pertanggungjawabannya akan kelestarian lingkungan dan terhadap hubungannya dengan masyarakat sekitar .

            .

 

Daftar Pustaka:

Buhr, N. & Reiter, S. (n.d). Ideology, the environment and one worldview: a discourse analysis of Noranda’s environmental and sustainable development reports.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun