Mohon tunggu...
Elisabeth FLS
Elisabeth FLS Mohon Tunggu... Koki - it's me

Manusia yang suka berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Transplantasi Organ Ancam Dirimu Dengan Kanker?

15 September 2017   20:35 Diperbarui: 15 September 2017   21:41 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hati, jantung, paru -paru, dan ginjal merupakan beberapa contoh organ yang memiliki fungsi penting dalam tubuh kita. Namun apa arti sebenarnya dari organ? Organ adalah kumpulan beberapa jaringan yang bekerja melakukan sebuah tujuan tertentu di dalam tubuh. Jaringan yang bekerja sama tersebut memiliki fungsi tujuan atau peranan yang sama. Masing -masing organ memiliki peranan khusus, misalnya paru - paru yang berfungsi sebagai organ pernafasan, ginjal yang merupakan organ eksresi, lambung yang berfungsi untuk pencernaan, dan begitu pula dengan organ - organ yang lain. Jika organ -organ tersebut bekerja sama, maka akan membentuk sistem organ. Fungsi yang dilakukan organ juga akan menjadi lebih kompleks.

Organ -organ yang ada tidak selalu bekerja dengan stabil, organ -organ tersebut juga dapat terkena penyakit atau mengalami masalah dan kerusakan dalam kinerjanya. Saya  akan memberi sebuah contoh gangguan pada salah satu organ, yaitu hati. Hati berfungsi sebagai organ yang menetralkan racun.

Suplemen herbal dapat menjadi salah satu penyakit hati berupa hepatitis dan gagal hati, karena suplemen yang berlabel alami belum tentu aman dan malah memicu penyakit pada hati atau mungkin organ yang lainnya. Penyebab lain penyakit hati adalah terlalu banyak gula, vitamin A, obesitas, dan lainnya. Jika kita terkena penyakit hepatitis atau gagal ginjal, maka tidak ada yang organ yang bekerja untuk menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh kita. Hal itu tentu sangat berbahaya bagi tubuh. Sama halnya dengan organ -organ lainnya. Jika salah satu dari organ tersebut tidak berfungsi atau rusak, maka dampak terhadap kinerja tubuh kita pun akan turun atau kita bisa saja mengalami kematian.

Ada beberapa cara medis untuk mengatasi berbagai macam kerusakan pada organ. Namun dari berbagai macam pengobatan medis tersebut, transplantasi organ dianggap sebagai pengobatan yang paling sukses dan yang paling baik dari segi kualitas hidup. Transplantasi ini dianggap sebagai satu - satunya peluang bagi mereka yang organnya sudah rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Namun, Transplantasi organ dapat memungkinkan terjadinya komplikasi atau kematian bila transplantasi organ gagal. Maka, kita harus memikirkan risiko yang akan kita terima sebelum melakukan transplantasi organ.

Sebenarnya apa itu trasplantasi organ? Transplantasi organ adalah penggantian salah satu organ yang sudah tidak berfungsi atau rusak dengan organ yang masih berfungsi dan berasal dari orang lain melalui proses oprasi. Organ yang ditransplantasikan tersebut akan dihubungan kembali dengan sistem sirkulasi. Transplantasi dapat dilakukan kepada semua organ, misalnya hati, paru - paru, ginjal, pankreas, jantung, dan organ lainnya.

Organ yang akan digunakan untuk transplantasi ini dapat diambil dari orang yang sudah meninggal atau bisa juga dari orang yang masih hidup sekalipun. Pendonor dipilih melalui seleksi yang sangat ketat. Pendonor harus memiliki tipe darah dan jaringan atau sistem morfologi juga imun yang mirip. Hal itu dikarenakan pengenalan organ asing ke dalam tubuh bisa membuat sistem imun bereaksi.

Orang yang masih hidup harus mempertimbangkan berbagai macam resiko jika ia ingin mendonorkan organnya, misalnya kesehatan si pendonor dan kualitas hidupnya setelah kehilangan salah satu organnya yang penting. Kesehatan penerima organ harus dipertimbangkan juga, ia harus meminum obat imunosupresan atau dideskripsikan sebagai obat yang menolak sistem kekebalakan tubuh (obat anti -penolakan), sehingga tidak menyerang organ baru.

Namun, sebuah penlitian yang baru menemukan kalau orang yang melakukan transplantasi organ berisiko dua kali lebih besar untuk terkena penyakit kanker dibandingkan dengan masyarakat umum. Dr. Eric Engels yang merupakan peneliti senior bagian infeksi dan epidemiologi dari Divisi Epidemiologi Kanker dan Genetika di US National Cancer Institute, Rockville memaparkan bahwa jika 7 dari 1.000 orang populasi diduga dapat terkena kanker, kami akan mengamati sekitar dua kalinya. Kira - kira sekitar 13 atau 14 di antara 1.000 pasien transplantasi selama satu tahun dapat terkena kanker. Risikonya meningkat sampai menjadi 32 jenis kanker yang berbeda. Kanker biasanya muncul pada organ transplantasi, misalnya kanker ginjal yang merupakan risiko paling umum pada penerima ginjal demikian juga dengan kanker paru - paru di antara orang yang menerima paru -paru.  Tetapi, kanker lainnya tidak memiliki kaitan langsung dengan organ yang ditransplantasi. Dr. Eric Engels menganggap bahwa transplantasi adalah terapi yang menyelamatkan nyawa dan merupakan salah satu kajaiban kedokteran modern, sedangkan kanker merupakan salah satu komplikasi penting, tapi itu bukan satu - satunya.

Walaupun begitu, para ahli menyatakan kalau transplantasi organ lebih bermanfaat dibandingkan dengan risiko yang ada. Dr. Eric Engels mengatakan bahwa bagi anak - anak dan remaja yang membuutuhkan organ, transplantasi merupakan oprasi yang menyelamatkan nyawa. Hal ini membantu orang - orang yang memiliki penyakit organ berat. Maka dari itu, orang tua harus mendukung anaknya dibandingkan memikirkan risiko karena transplantasi benar -benar dibutuhkan oleh anak mereka.

Dr. Eric Engels mengkaji data sebanyak hampir 176.00 transplantasi organ padat yang dilakukan sekitar tahun 1987 sampai 2008 di AS. Dr. Eric Engels bersama timnya menemukan bahwa angka kejadian kanker secara keseluruhan adalah 2,1 kali lebih tnggi bila dibandingkan dengan apa yang diharapkan. Penyakit limfoma non -Hodgkin meningkat lebih dari tujuh kali lipat risikonya. Tingkat kanker paru - paru dan hati juga meningkat. Menurut penelitian yang ada, insiden kanker ginjal juga meningkat hampir lima kali lipat pada semua orang yang menerima transplantasi. Dr. Eric Engels juga memaparkan bahwa jika 7 dari 1.000 orang populasi diduga dapat terkena kanker, kami akan mengamati sekitar dua kalinya. Kira -- kira sekitar 13 atau 14 di antara 1.000 pasien transplantasi selama satu tahun dapat terkena kanker.

Kanker sendiri adalah pertumbuhan sel yang tidak normal, sehinggal sel yang ada di dalam tubuh berbuah menjadi sel kanker. Penyebab utama dari perubahan ini adalah sinar UV, sinar X, dan bahan - bahan kimia penyebab kanker, seperti Benxopyrene. Sel kanker ini dapat menyebar ke seluruh tubuh atau disebut dengan metastasis. Metastasis inilah yang nantinya menyebabkan kematian kepada para penderita kanker. Kanker dapat muncul karena adanya penumpukan perlahan sel - sel tubuh yang telah rusak atau sel yang tidak dapat diperbaiki.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kanker setelah dilakukannya transplantasi organ. Penyebab yang pertama adalah karena sel kanker tersebut sudah ada sebelumnya. Misalnya saja, pengobatan dengan cara transplantasi organ ini dilakukan kepada orang yang menderita kanker hati, maka ia akan melakukan transplantasi hati. Beberapa sel kanker dapat saja bertahan dalam proses transplantasi dan setelah transplantasi dilakukan hal ini tidak menutup kemugkinan bahwa pasien akan terkena penyakit kanker kembali.

Penyebab yang kedua adalah pasien yang harus mengonsumsi sebuah obat yang menekan sistem kekebalan tubuh atau imunosupresan yang kuat dan berguna dalam mencegah penolakan organ baru. Sesuai dengan fungsinya, kita dapat tahu kalau obat ini digunakan untuk melemahkan sistem imun tubuh agar organ baru tidak diserang. Dr. Darla Granger yang merupakan direktur progam transplantasi pankreas di St. John Hospital and Medical Center, Detroit mengatakan bahwa dengan menekan sisten ekebalan tubuh ini meningkatkan risiko terkenanya penyakit kanker, sedangkan pasien yang dari awal sudah terkena penyakit kanker harus memiliki sistem kekebalam tubuh yang kuat untuk melawan kanker ini.

Sistem kekebalan tubuh yang melemah akan memungkinkan virus -virus masuk ke dalam tubuh. Virus yang masuk ini dapat menjadi pemicu tumbuhnya kanker, padahal sistem kekebalan tubuh biasa mengendalikannya. Misalnya saja, virus Epstein -Barr yang dapat menyebabkan penyait non -Hodgkin dan Hodgkin limfoma, Virus Human Papillomavirus (HPV) yang dapat menyebabkan beberapa jenis kanker serviks, dan virus hepatitis B atau C yang dapat menyebabkan kanker hati. Dr. Lewis Teperman yang merupakan kepala bedah transplantasi di NYU Langone Medical Center, New York City menegaskan bahwa tumor tertentu dapat berkembang setelah transplantasi. Tumor tertentu berkaitan dengan virus. Padahal obat imunosupresan mengurangi kemampuan tubuh kita untuk melawan virus.
Dr. Lewis Teperman juga mengatakan bahwa skrining terhadap virus harus dilakukan dan kita harus selalu mencoba untuk mengurangi penggunaan obat imunosupresan ini. Hal ini menimbulkan kecenderuangan untuk melakukan skrining tumor kepada orang yang melakukan transplantasi.

Virus Epstein - Barr yang sudah disebut di atas menyebabkan mononucleosisdan sekitar 70 sampai 80 persen populasi telah terpapar di beberapa titik. Hal ini terkait oleh limfoma non - Hodgkin dan Limfoma non -Hodgkin. Limfoma non- Hodgkin memang merupakan kanker yang berisiko 200 kali lebih tinggi. 71 persen dari mereka yang menderita kanker akibat dari transplantasi organ adalah anak -anak. Anak -anak memang memiliki risiko pengembangan kanker yang jauh lebih tinggi setelah menjalani transplantasi organ. Studi Institut Kanker Nasional AS memberi penegasan karena menemukan bahwa anak -anak yang melakukan transplantasi organ memiliki risiko terkena kanker 19 kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.   Selain itu, virus Epstein - Barr ini dapat ditularkan langsung dari organ yang bari ke penerima. Virus ini juga dapat ditularkan melalui kontak fisik.

Sebuah penelitian baru yang ada di Amerika pun menyatakan bahwa ada hubungan antara transplantasi organ dengan kanker kulit. Kanker kulit yang timbul diakibatkan oleh obat imunosupresan yang sudah dijelaskan di atas. Ada 413 rekaman medis yang dianalisa, 63 persen di antaranya adalah orang yang bukan ras putih. Di antara pasien yang berkulit hitam, kanker kulit diketahui pada tahap - tahap yang masih awal. Hal ini penting karena orang yang berkulit putih memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang memiliki kulit gelap. Pada keturunan Asia, kebanyakan mengalami kanker kulit pada area yang lebih sering terkena sinar matahari. Namun, peneliti menekankan bahwa kemampuan mereka dalam menarik kesimpulan masih cukup terbatas. Hal ini dikarenakan pasien kanker kulit termasuk kecil.

Dari berbagai macam penjelasan, kita dapat menyimpulkan bahwa transplantasi organ dapat menyebabkan terjadinya kanker pada orang yang menerima organ tersebut. Kanker ini dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu karena sel kanker sudah ada di dalam tubuh sebelum terjadinya transplantasi organ atau dapat dikatakan bahwa penerima organ telah terkena penyakit kanker pada organ tersebut. 

Faktor yang kedua adalah pengonsumsian imunosupresan yang menurunkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini membuat tubuh dapat terjangkit virus yang memicu tumbuhnya kanker. Namun selain risiko terkena kanker, kita juga harus memikirkan risiko lain seperti infeksi dan penolakan organ. Solusi yang dapat dilakukan setelah menjalani atau menunggu transplantasi adalah tidak merokok, mematuhi praktik kesehatan dengan baik, dan kenakan tabur surya. Skrining pemutaran juga disarankan oleh doker.

Sumber : 

http://style.tribunnews.com/2016/09/26/transplantasi-organ-sebabkan-kanker-kulit-ahli-ungkap-negara-mana-saja-yang-riskan-terkena

https://www.voaindonesia.com/a/penelitian-baru-di-amerika-penerima--133964393/100817.html

http://lifestyle.kompas.com/read/2016/02/01/073500623/7.Hal.Penting.yang.Harus.Diketahui.tentang.Transplantasi.Organ

http://corporate.kimiafarmaapotek.co.id/entry/resiko-transplantasi-organ-terhadap-kanker-kulit

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170304152911-259-197844/mengenal-lebih-dalam-proses-transplantasi-organ/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun