Mohon tunggu...
Elisabeth FLS
Elisabeth FLS Mohon Tunggu... Koki - it's me

Manusia yang suka berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Transplantasi Organ Ancam Dirimu Dengan Kanker?

15 September 2017   20:35 Diperbarui: 15 September 2017   21:41 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kanker setelah dilakukannya transplantasi organ. Penyebab yang pertama adalah karena sel kanker tersebut sudah ada sebelumnya. Misalnya saja, pengobatan dengan cara transplantasi organ ini dilakukan kepada orang yang menderita kanker hati, maka ia akan melakukan transplantasi hati. Beberapa sel kanker dapat saja bertahan dalam proses transplantasi dan setelah transplantasi dilakukan hal ini tidak menutup kemugkinan bahwa pasien akan terkena penyakit kanker kembali.

Penyebab yang kedua adalah pasien yang harus mengonsumsi sebuah obat yang menekan sistem kekebalan tubuh atau imunosupresan yang kuat dan berguna dalam mencegah penolakan organ baru. Sesuai dengan fungsinya, kita dapat tahu kalau obat ini digunakan untuk melemahkan sistem imun tubuh agar organ baru tidak diserang. Dr. Darla Granger yang merupakan direktur progam transplantasi pankreas di St. John Hospital and Medical Center, Detroit mengatakan bahwa dengan menekan sisten ekebalan tubuh ini meningkatkan risiko terkenanya penyakit kanker, sedangkan pasien yang dari awal sudah terkena penyakit kanker harus memiliki sistem kekebalam tubuh yang kuat untuk melawan kanker ini.

Sistem kekebalan tubuh yang melemah akan memungkinkan virus -virus masuk ke dalam tubuh. Virus yang masuk ini dapat menjadi pemicu tumbuhnya kanker, padahal sistem kekebalan tubuh biasa mengendalikannya. Misalnya saja, virus Epstein -Barr yang dapat menyebabkan penyait non -Hodgkin dan Hodgkin limfoma, Virus Human Papillomavirus (HPV) yang dapat menyebabkan beberapa jenis kanker serviks, dan virus hepatitis B atau C yang dapat menyebabkan kanker hati. Dr. Lewis Teperman yang merupakan kepala bedah transplantasi di NYU Langone Medical Center, New York City menegaskan bahwa tumor tertentu dapat berkembang setelah transplantasi. Tumor tertentu berkaitan dengan virus. Padahal obat imunosupresan mengurangi kemampuan tubuh kita untuk melawan virus.
Dr. Lewis Teperman juga mengatakan bahwa skrining terhadap virus harus dilakukan dan kita harus selalu mencoba untuk mengurangi penggunaan obat imunosupresan ini. Hal ini menimbulkan kecenderuangan untuk melakukan skrining tumor kepada orang yang melakukan transplantasi.

Virus Epstein - Barr yang sudah disebut di atas menyebabkan mononucleosisdan sekitar 70 sampai 80 persen populasi telah terpapar di beberapa titik. Hal ini terkait oleh limfoma non - Hodgkin dan Limfoma non -Hodgkin. Limfoma non- Hodgkin memang merupakan kanker yang berisiko 200 kali lebih tinggi. 71 persen dari mereka yang menderita kanker akibat dari transplantasi organ adalah anak -anak. Anak -anak memang memiliki risiko pengembangan kanker yang jauh lebih tinggi setelah menjalani transplantasi organ. Studi Institut Kanker Nasional AS memberi penegasan karena menemukan bahwa anak -anak yang melakukan transplantasi organ memiliki risiko terkena kanker 19 kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.   Selain itu, virus Epstein - Barr ini dapat ditularkan langsung dari organ yang bari ke penerima. Virus ini juga dapat ditularkan melalui kontak fisik.

Sebuah penelitian baru yang ada di Amerika pun menyatakan bahwa ada hubungan antara transplantasi organ dengan kanker kulit. Kanker kulit yang timbul diakibatkan oleh obat imunosupresan yang sudah dijelaskan di atas. Ada 413 rekaman medis yang dianalisa, 63 persen di antaranya adalah orang yang bukan ras putih. Di antara pasien yang berkulit hitam, kanker kulit diketahui pada tahap - tahap yang masih awal. Hal ini penting karena orang yang berkulit putih memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang memiliki kulit gelap. Pada keturunan Asia, kebanyakan mengalami kanker kulit pada area yang lebih sering terkena sinar matahari. Namun, peneliti menekankan bahwa kemampuan mereka dalam menarik kesimpulan masih cukup terbatas. Hal ini dikarenakan pasien kanker kulit termasuk kecil.

Dari berbagai macam penjelasan, kita dapat menyimpulkan bahwa transplantasi organ dapat menyebabkan terjadinya kanker pada orang yang menerima organ tersebut. Kanker ini dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu karena sel kanker sudah ada di dalam tubuh sebelum terjadinya transplantasi organ atau dapat dikatakan bahwa penerima organ telah terkena penyakit kanker pada organ tersebut. 

Faktor yang kedua adalah pengonsumsian imunosupresan yang menurunkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini membuat tubuh dapat terjangkit virus yang memicu tumbuhnya kanker. Namun selain risiko terkena kanker, kita juga harus memikirkan risiko lain seperti infeksi dan penolakan organ. Solusi yang dapat dilakukan setelah menjalani atau menunggu transplantasi adalah tidak merokok, mematuhi praktik kesehatan dengan baik, dan kenakan tabur surya. Skrining pemutaran juga disarankan oleh doker.

Sumber : 

http://style.tribunnews.com/2016/09/26/transplantasi-organ-sebabkan-kanker-kulit-ahli-ungkap-negara-mana-saja-yang-riskan-terkena

https://www.voaindonesia.com/a/penelitian-baru-di-amerika-penerima--133964393/100817.html

http://lifestyle.kompas.com/read/2016/02/01/073500623/7.Hal.Penting.yang.Harus.Diketahui.tentang.Transplantasi.Organ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun