Mohon tunggu...
Elisabet Divia
Elisabet Divia Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelajar Belajar

Go for it. Whether it ends good or bad, it was an experience.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Organ Baru Masalah Baru

7 Oktober 2019   21:41 Diperbarui: 7 Oktober 2019   21:40 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apakah benar transplantasi organ adalah solusi terbaik? Taukah kamu ancaman di balik transplantasi organ?

Transplantasi organ kerap kali dianggap sebagai sebuah solusi terbaik. Namun, bagaimana jika transplantasi organ justru membawa dampak yang sangat merugikan para penerimanya?

Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan transplantasi organ? Transplantasi organ adalah sebuah prosedur medis untuk mengambil organ dari pendonor dan digunakan untuk menggantikan organ penerima yang mengalami kerusakan atau malfungsi. 

Transplantasi organ dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk mengatasi penyakit yang berhubungan dengan kerusakan organ parah. Di kalangan kaum awam, transplantasi organ sering pula disebut sebagai donor organ.

Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh GODT dari tahun 2008 pada 104 negara di seluruh dunia, dapat diketahui bahwa terdapat 100.800 transplantasi organ padat yang dilakukan setiap tahun. Dari sekian banyak operasi transplantasi organ, 69.400 di antaranya adalah transplantasi ginjal, 20.200 transplantasi hati, 5.400 transplantasi jantung, 3.400 transplantasi jantung, dan 3.400 merupakan transplantasi pankreas.

Setiap hal tentu memiliki dampak positif dan negatif, begitu pula dengan transplantasi organ. Bagaimana operasi transplantasi organ yang memakan biaya yang sangat besar dapat membawa sebuah dampak yang mematikan? Sebagai sebuah proses penyembuhan, ternyata transplantasi organ memiliki efek samping jangka panjang yang sangat disegani oleh para penerimanya, yakni penyakit kanker. Kanker merupakan sebuah penyakit di mana sel-sel dalam tubuh membelah secara abnormal dan tidak terkendali yang dapat menghancurkan jaringan tubuh normal. Kanker adalah salah satu penyakit pembawa resiko kematian terbesar di dunia. 

Para penerima transplantasi organ memiliki resiko dua kali lebih besar untuk mengidap kanker daripada orang pada umumnya. Kanker yang paling sering menyerang para penerima transplantasi organ yakni kanker Limfoma non-Hodgkin, yakni menyerang 14% dari penerima transplantasi diikuti dengan kanker paru-paru dengan persentase 13%, kanker hati 9%, dan kanker ginjal 7%. 

Kanker Limfoma non-Hodgkin merupakan kanker yang berawal dari sel darah putih yang diketahui sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Kanker Limfoma non-Hodgkin mempengaruhi sistem getah bening tubuh atau sistem limfatik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan infeksi dan penyakit-penyakit lain. 

Kanker yang menyerang para penerima dipengaruhi pula dengan organ yang didonorkan. Penerima organ paru-paru lebih riskan terserang kanker paru-paru, hal yang sama terjadi pula dengan kanker hati. Penerima transplantasi paru-paru biasanya adalah orang yang sebelumnya memiliki kebiasaan merokok. 

Sehingga kemungkinan kanker yang tumbuh berasal dari paru-paru yang tersisa karena di antara penerima organ paru-paru, sebagian besar menerima transplantasi paru-paru tunggal. Peningkatan resiko terserang kanker paru-paru dipengaruhi oleh penekanan kekebalan yang kronis, peradangan paru-paru, atau infeksi paru-paru berulang. Namun, semua penerima transplantasi organ mengalami peningkatan resiko terserangnya kanker ginjal.

Tubuh kita terbentuk dari triliunan sel yang membentuk jaringan, dan jaringan yang akan membentuk organ. Dalam sel terdapat nucleus atau inti sel yang mengandung gen yang bertugas untuk mengontrol fungsi sel. Setiap kegiatan yang terjadi di dalam sel dikontrol dan diatur oleh nucleus. Ketika terjadi perubahan pada DNA, gen dapat bermutasi dan tidak berfungsi dengan sempurna karena pesan yang dikirim oleh DNA tercampur-aduk. Dengan adanya mutasi gen, sel-sel dalam tubuh tidak terkontrol dengan baik dan dapat tumbuh di luar kendali yang pada akhirnya menyebabkan kanker. Sel kanker tidak sama seperti sel yang normal. Sel kanker terus aktif membelah dan tidak mati seperti seharusnya. Sel kanker tidak matang seperti sel-sel yang normal sehingga pembelahanpun terus terjadi dan semakin tidak terkendali. Terdapat perbedaan antara sel kanker dengan sel normal karena sel kanker membelah diri di luar kendali dan belum matang serta tidak berkembang menjadi sel dewasa. Sel kanker dapat menghindari sistem kekebalan tubuh, serta mengabaikan sinyal yang memerintahkan mereka untuk mati seperti yang semestinya. Selain mutasi gen, kanker juga disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti konsumsi zat kimia seperti obat imunosupresan dan radiasi yang berlebihan, virus, radiasi sinar matahari, obesitas, dan kebiasaan merokok.

Pasien yang menerima transplantasi organ mengalami berbagai macam perawatan untuk mencegah efek yang berbahaya seperti kegagalan organ yang ditransplantasikan, komplikasi luka, infeksi, penggumpalan darah, perubahan sifat dan kondisi jiwa, dan menurunnya tingkat kekebalan tubuh. Untuk mengatasi penolakan tubuh terhadap organ baru, para penerima mengonsumsi obat yang berfungsi menekan ataupun mengurangi sistem kekebalan tubuh agar mampu beradaptasi dengan organ transplan. Obat tersebut dikenal dengan obat imunosupresan. Tubuh kita memiliki sebuah sistem imun yang bertugas untuk menjaga tubuh dari benda-benda asing yang dianggap berbahaya bagi tubuh. Benda-benda asing tersebut bisa berupa penyakit, virus, dan zat-zat yang berbahaya. Dalam hal ini, organ transplantasi yang diterima dan masuk ke dalam tubuh penerima transplantasi organ juga dapat dianggap sebagai benda asing oleh sistem imun di dalam tubuh. Sistem imun selalu aktif untuk menyerang pembawa bahaya bagi tubuh. Namun apabila sistem imun terus menyerang organ tersebut, maka organ tersebut juga dapat rusak dan tidak dapat berfungsi dengan semestinya.

Maka dari itu, obat imunosupresan berfungsi untuk mengontrol sistem imun agar tidak menyerang organ baru tersebut. Obat imunosupresan bekerja dengan melemahkan fungsi sistem imun, yakni melindungi tubuh dari benda-benda asing. Sistem imun akan berhenti menyerang organ transplantasi baru tersebut sehingga tidak terjadi penolakan dari tubuh terhadap organ baru. Namun di samping tujuan untuk melindungi organ, yang berbahaya adalah, sel kanker juga merupakan benda asing bagi tubuh. Sehingga apabila sistem imun berada pada kondisi lemah, maka sistem imun juga tidak dapat melindungi tubuh kita dari sel-sel kanker.

"Transplantasi adalah terapi penyelamatan hidup untuk pasien dengan penyakit organ stadium akhir, namun juga menempatkan penerima pada resiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan kanker, sebagian besar karena obat yang diberikan untuk menekan sistem kekebalan tubuh dan mencegah penekanan organ." Kata Eric Engels.

Meski transplantasi organ dapat meningkatkan resiko penerima untuk terkena kanker, terdapat metode yang bisa ditempuh untuk mencegah sel kanker tumbuh di dalam tubuh. Yang pasti adalah dengan berkonsultasi dengan dokter. 

Dosis obat imunosupresan harus dikontrol dengan sangat ketat oleh dokter karena memiliki efek samping yang sangat berbahaya apabila dikonsumsi dengan tidak hati-hati dan presisi. Tingkat kesulitan dalam mengatasi sel kanker juga dipengaruhi oleh tingkat keganasan sel kanker tersebut. Maka, bagi para penerima transplantasi organ, sangat diperlukan untuk melakukan check-up paska transplantasi organ agar reaksi tubuh terhadap organ yang diterima dapat terpantau dengan baik. Meskipun transplantasi organ merupakan sebuah cara yang jenius, penerima transplantasi organ tetap tidak dapat menjalani hidup yang normal seperti sebelum mengalami kerusakan organ. Penerima transplantasi organ akan semakin rentan terhadap penyakit, virus, dan infeksi karena pengaruh perubahan pada sistem kekebalan tubuh. Resiko kanker pada penerima transplantasi sebagian mencerminkan grafik skrining penyakit kanker.

Maka dapat disimpulkan bahwa transplantasi organ memang dapat meningkatkan resiko timbulnya sel kanker dalam tubuh penerima organ transplantasi. Namun bukan berarti bahwa pasien dengan kerusakan organ stadium akhir tidak memiliki jawaban atas masalah yang dihadapi. Perlu diketahui bahwa prosedur penyembuhan tidak dapat berjalan dan selesai dalam waktu yang singkat. Banyak tahap demi tahap yang perlu dilakukan agar penyembuhan berjalan dengan baik.

Setelah membaca artikel ini, apakah para pembaca sekalian masih berpikir bahwa transplantasi organ adalah jalan terbaik yang dapat dilakukan? Mengetahui efek samping dari transplantasi organ yang sangat berbahaya membuat kita belajar untuk menjaga diri dengan lebih baik dan penuh perhatian. Ada baiknya untuk menghindarkan diri dari kerusakan organ sehingga tak perlu untuk melakukan transplantasi organ serta menghadapi dampak-dampak berbahaya di masa yang akan datang. Menjaga diri dari kerusakan organ dapat dilakukan dengan menjaga pola hidup yang sehat. Hal ini dilakukan dengan berhenti melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat merusak tubuh, seperti merokok, minum-minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan lain-lain. Jangan pula ragu atau malas untuk berkonsultasi dengan dokter agar setiap gejala-gejala penyakit dalam tubuh dapat segera terprediksi dan mendapat penanganan yang tepat.

Daftar Pustaka

NN. 2011. "Organ Transplants and Cancer Risk"

Diunduh dari https://www.nih.gov/news-events/nih-research-matters/organ-transplants-cancer-risk

14 September 2019 pukul 15.40

Lin, Monica. 2011. "Spectrum of Cancer Risk among U.S. Solid Organ Transplant Recipients: The Transplant Cancer Match Study"

Diunduh dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3310893/

12 September 2019 pukul 15.55

NN. 2018. "Cancer"

Diunduh dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cancer/symptoms-causes/syc-20370588

21 September 2019 pukul 00.33

NN. 2019. "How Cancer Starts, Grows, and Spreads"

Diunduh dari https://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-101/what-is-cancer/how-cancer-starts-grows-and-spreads/?region=on

21 September 2019 pukul 00.13

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun