Mohon tunggu...
Elisabet Divia
Elisabet Divia Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelajar Belajar

Go for it. Whether it ends good or bad, it was an experience.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Organ Baru Masalah Baru

7 Oktober 2019   21:41 Diperbarui: 7 Oktober 2019   21:40 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pasien yang menerima transplantasi organ mengalami berbagai macam perawatan untuk mencegah efek yang berbahaya seperti kegagalan organ yang ditransplantasikan, komplikasi luka, infeksi, penggumpalan darah, perubahan sifat dan kondisi jiwa, dan menurunnya tingkat kekebalan tubuh. Untuk mengatasi penolakan tubuh terhadap organ baru, para penerima mengonsumsi obat yang berfungsi menekan ataupun mengurangi sistem kekebalan tubuh agar mampu beradaptasi dengan organ transplan. Obat tersebut dikenal dengan obat imunosupresan. Tubuh kita memiliki sebuah sistem imun yang bertugas untuk menjaga tubuh dari benda-benda asing yang dianggap berbahaya bagi tubuh. Benda-benda asing tersebut bisa berupa penyakit, virus, dan zat-zat yang berbahaya. Dalam hal ini, organ transplantasi yang diterima dan masuk ke dalam tubuh penerima transplantasi organ juga dapat dianggap sebagai benda asing oleh sistem imun di dalam tubuh. Sistem imun selalu aktif untuk menyerang pembawa bahaya bagi tubuh. Namun apabila sistem imun terus menyerang organ tersebut, maka organ tersebut juga dapat rusak dan tidak dapat berfungsi dengan semestinya.

Maka dari itu, obat imunosupresan berfungsi untuk mengontrol sistem imun agar tidak menyerang organ baru tersebut. Obat imunosupresan bekerja dengan melemahkan fungsi sistem imun, yakni melindungi tubuh dari benda-benda asing. Sistem imun akan berhenti menyerang organ transplantasi baru tersebut sehingga tidak terjadi penolakan dari tubuh terhadap organ baru. Namun di samping tujuan untuk melindungi organ, yang berbahaya adalah, sel kanker juga merupakan benda asing bagi tubuh. Sehingga apabila sistem imun berada pada kondisi lemah, maka sistem imun juga tidak dapat melindungi tubuh kita dari sel-sel kanker.

"Transplantasi adalah terapi penyelamatan hidup untuk pasien dengan penyakit organ stadium akhir, namun juga menempatkan penerima pada resiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan kanker, sebagian besar karena obat yang diberikan untuk menekan sistem kekebalan tubuh dan mencegah penekanan organ." Kata Eric Engels.

Meski transplantasi organ dapat meningkatkan resiko penerima untuk terkena kanker, terdapat metode yang bisa ditempuh untuk mencegah sel kanker tumbuh di dalam tubuh. Yang pasti adalah dengan berkonsultasi dengan dokter. 

Dosis obat imunosupresan harus dikontrol dengan sangat ketat oleh dokter karena memiliki efek samping yang sangat berbahaya apabila dikonsumsi dengan tidak hati-hati dan presisi. Tingkat kesulitan dalam mengatasi sel kanker juga dipengaruhi oleh tingkat keganasan sel kanker tersebut. Maka, bagi para penerima transplantasi organ, sangat diperlukan untuk melakukan check-up paska transplantasi organ agar reaksi tubuh terhadap organ yang diterima dapat terpantau dengan baik. Meskipun transplantasi organ merupakan sebuah cara yang jenius, penerima transplantasi organ tetap tidak dapat menjalani hidup yang normal seperti sebelum mengalami kerusakan organ. Penerima transplantasi organ akan semakin rentan terhadap penyakit, virus, dan infeksi karena pengaruh perubahan pada sistem kekebalan tubuh. Resiko kanker pada penerima transplantasi sebagian mencerminkan grafik skrining penyakit kanker.

Maka dapat disimpulkan bahwa transplantasi organ memang dapat meningkatkan resiko timbulnya sel kanker dalam tubuh penerima organ transplantasi. Namun bukan berarti bahwa pasien dengan kerusakan organ stadium akhir tidak memiliki jawaban atas masalah yang dihadapi. Perlu diketahui bahwa prosedur penyembuhan tidak dapat berjalan dan selesai dalam waktu yang singkat. Banyak tahap demi tahap yang perlu dilakukan agar penyembuhan berjalan dengan baik.

Setelah membaca artikel ini, apakah para pembaca sekalian masih berpikir bahwa transplantasi organ adalah jalan terbaik yang dapat dilakukan? Mengetahui efek samping dari transplantasi organ yang sangat berbahaya membuat kita belajar untuk menjaga diri dengan lebih baik dan penuh perhatian. Ada baiknya untuk menghindarkan diri dari kerusakan organ sehingga tak perlu untuk melakukan transplantasi organ serta menghadapi dampak-dampak berbahaya di masa yang akan datang. Menjaga diri dari kerusakan organ dapat dilakukan dengan menjaga pola hidup yang sehat. Hal ini dilakukan dengan berhenti melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat merusak tubuh, seperti merokok, minum-minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan lain-lain. Jangan pula ragu atau malas untuk berkonsultasi dengan dokter agar setiap gejala-gejala penyakit dalam tubuh dapat segera terprediksi dan mendapat penanganan yang tepat.

Daftar Pustaka

NN. 2011. "Organ Transplants and Cancer Risk"

Diunduh dari https://www.nih.gov/news-events/nih-research-matters/organ-transplants-cancer-risk

14 September 2019 pukul 15.40

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun