Siapa yang tidak pernah mendengar novel terkenal sekelas Harry Potter? Atau Sherlock Holmes? Atau yang interlokal si Perahu Kertas? Bagi para pengagum kata dan dunia imajinasi, tentunya judul-judul novel di atas sudah sangat familiar. Tidak ada satupun pecinta fiksi yang melewatkan kisah para tokoh dari tiga buku fenomenal tersebut.Â
Ya, mungkin yang ketiga tidak semendunia dua buku lainnya, namun tetap saja Perahu Kertas memiliki tempat spesial tersendiri bagi para penikmatnya dan tidak mungkin mudah dilupakan.Â
Dan kenapa saya sandingkan 'ia' dengan dua novel kelas dunia lainnya? Karena dari segi kualitas cerita -meskipun berbeda genre- kita bisa dengan mudah jatuh cinta dengan kisahnya, bahkan sudah berhasil di angkat kelayar kaca dan sukses mengangkat nama penulisnya.
Tapi, bukan tentang buku-buku itu yang akan dibahas kali ini. Saya ingin mengajak kalian -para 'penyembah' sastra- untuk memahami apa saja sifat-sifat mustahil pada para penulis yang telah besar namanya, tak terkecuali juga para pemilik sah novel-novel di atas. Nah, baca dan pikirkan, apakah kalian selevel dengan 'penulis' atau kalian baru batas level 'pengkhayal'.
1. Malas Iqra'
Seperti yang kita tahu bahwa awal berbicara adalah mendengar, sementara awal menulis adalah membaca. Nah, bagi yang tidak mengikuti langkah pertama dari masing-masing skill, maka kamu akan sangat sulit untuk melakukan hal yang kedua. Seperti sudah menjadi hukum alam yang tidak bisa di ubah atau di balik menjadi "menulis dulu baru membaca".Â
Maka, jika sudah begitu, tidak ada satu penulis pun yang memulai tulisannya tanpa membaca terlebih dahulu, pun kamu yang bermimpi ingin menjadi seperti mereka.Â
Dengan membaca, seolah-olah kamu baru saja membuka sebuah gerbang menuju ladang pengetahuan dan ide-ide. Kalau kamu tidak banyak membaca, lalu hal yang kamu tulis itu berasal darimana? Sedangkan plagiator saja harus membaca dulu sebelum mereka mulai memplagiat.Â
2. Malas Mencatat Ide
Satu hal lagi yang sama fatalnya selain malas membaca adalah malas mencatat ide-ide yang secara mendadak melintas di pikiran. Nah, para penulis sejati tidak akan mungkin melakukan ini. Sebagai seorang yang bekerja dengan mengandalkan rasa, imajinasi, dan kata, kemunculan sebuah ide itu bagaikan ditimpa harta karun dari langit.Â
Ide bisa muncul kapan dan dimana saja, entah kamu sedang makan atau sedang bersantai. Bahkan kamu bisa mendapatkannya saat bangun dari tidur, entah itu dari potongan mimpi yang tertinggal diingatan atau dari sesuatu yang pernah terjadi dan secara spontan teringat kembali. Jangan pernah sepelekan ide yang tiba-tiba muncul, terkadang mereka memang seperti hantu, tapi jangan pernah di usir.Â