Cerita pengalaman tadi dapat dibuat dalam bentuk video tutorial yang diunggah ke sosial media, seperti YouTube atau TikTok. Selain video, cerita juga bisa dikemas dalam bentuk tulisan yang bisa diunggah di platform blogging atau dipromosikan dalam bentuk ebook.
Contoh lain, seorang pekerja lepas graphic desainer dapat membuat kelas graphic design secara daring dan mempromosikannya melalui media sosial. Selain kelas, membuat konten video berisi proses pembuatan dari sketsa hingga menjadi karya final juga sering menarik perhatian masyarakat.
Persiapan Untuk Masa Tua Tentu Membutuhkan Waktu Lama
Contoh-contoh yang disebutkan sebelumnya tentu tak bisa dilakukan dalam waktu instan, melainkan memerlukan proses yang panjang. Proses itu seringkali melibatkan personal branding di dalamnya. Pengenalan dan promosi diri diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat akan potensi yang kita punya.
Di saat proses personal branding tadi berlangsung, kita bisa mulai bercerita tentang pengalaman demi pengalaman yang dimiliki. Seiring berjalannya waktu, pengalaman pun bertambah, dan berbanding lurus dengan bertambahnya individu yang mengenal kita. Saat dirasa sudah banyak audiens yang tertarik dengan potensi kita, maka berbagai "produk kemasan" yang berisi pengalaman tadi bisa dipromosikan.
Tak Perlu Menunggu Tua dan Ahli Untuk Personal Branding
Sekarang ini banyak anak muda yang memanfaatkan sosial media untuk menunjukkan bakat, karya, dan usaha mereka. Meskipun belum menjadi ahli, atau memiliki nama besar,.beberapa individu tangguh ini tetap fokus pada tujuannya. Sikap konsisten inilah yang patut kita tiru untuk belajar mempersiapkan "produk kemasan" apakah yang akan kita jual nanti.
Mungkin Anda bertanya-tanya dalam hati, "Mengapa harus berkaitan dengan teknologi dan sosial media?" Sebagai anak generasi 90-an, hal besar yang saya amati dan alami sendiri adalah bentuk komunikasi antar individu yang berubah drastis akibat teknologi. Mulai dari munculnya friendster, facebook, instagram, twitter yang kini berganti X , dan tiktok.
Hal yang tak bisa dipungkiri saat kita menjadi lansia nanti adalah kita hidup berdampingan dengan perubahan. Mungkin di saat kita lansia nanti kita seolah berjalan lambat sembari berusaha mengimbangi perubahan itu. Maka sebelum masa itu tiba kita bisa mempersiapkan terlebih dahulu, belajar dan bergelut dengan teknologi dan sosial media untuk mempromosikan diri.
Belajar Hal Baru Bukanlah Hal Tabu
Berdampingan dengan perubahan tentunya mengharuskan kita belajar hal baru, dan itu bukanlah hal yang buruk bagi siapa pun. Misalnya, kisah Bapak X, seorang penjual ketan bubuk, yang berniat mempertahankan dan mewariskan usahanya nanti. Dia pun berinovasi dengan menambah menu ketan susu dengan berbagai topping. Selain itu, dia juga bekerja sama dengan jasa antar makanan melalui berbagai platform.Â