Hal ini karena ketika atom-atom yang berjumlah ratusan tersebut bersatu maka energi yang diperlukan menjadi jauh lebih efektif (berjumlah kecil) untuk merespons cepat dan berfungsi dengan efektif/baik dan benar sebagai sensor multitasking (serba bisa) dalam mendeteksi suhu/ cahaya/ getaran disekitar lingkungannya.
Dengan menerapkan prinsip kekekalan muatan, momentum maupun energi seperti pelajaran nanochip tersebut diatas di abad 21 yang canggih ini, maka seharusnya cara efisien dan efektif dalam fokus pembangunan multitasking pendidikan, sains, kesehatan, teknologi dan ekonomi dengan anggaran persatuan RI dari Sabang hingga Merauke perlu belajar dari Provinsi Maluku yang masih banyak daerah tertinggal 3T dengan sebagian besar rakyatnya di pulau-pulau kecil hidup tanpa uang dan hanya bergantung hasil alam yang subur seperti, pisang, singkong, ubi, buah-buahan dan tambahan protein dari berbagai hasil laut yang kaya seperti ikan, udang, kepiting, lobster dan teripang.
Dengan kata lain, hidup yang hanya bergantung belas kasihan (mercy life) dari alam sekitar hidup mereka (natural blessing).
Apasih kontribusi ilmuan dari timur tentang hal ini, gimana pendapat bapak Prof? Wow keren pertanyaan saudara sebangsa dan setana air yang tercinta. Salut, deh.
Menurut bapak Prof., perlu belajar paling cepat sekitar 1 generasi atau 25 tahun untuk mencari solusi dalam menjawab pertanyaan rakyat kepulauan ini, dan kami di Universitas Pattimura udah memulainya sejak akhir 2014 dengan mendirikan lab-lab riset serta Pusat Penelitian Nanoteknologi dan Rekayasa Inovasi (PPNRI)Â pada 24 April 2015 hingga kini secara konsisten berkontribusi buat negara tercinta ini.
Anyway/baiklah, bapak coba menjawab dari sudut pandang ilmu Fisika yang bapak telah tekuni sejak belajar S1 di UGM pada 1989 hingga tahun ini 2023 (34 tahun) atau sekitar umur kehidupan Nabi Yesus (6 Januari 5 BC hingga Mei 28 AD) di bumi yang kehidupannya hanya berada di dalam Israel dan Palestina, tanpa pernah keluar dari daerah terisolasi tersebut.
Solusinya: sistim pikir Allah (Eternal GOD) mengerjakan ciptaan alam semesta (universe) adalah sesuai dasar-dasar kekekalan (conservation laws) yang hasil ciptaannya dapat menuntun kehidupan makhluk ciptaannya untuk mencapai hidup kekal (eternal life) di akhir perjalanan hidupnya di bumi sebagai pijakan kaki Allah Yang Maha Suci.
Contoh pendidikan Nabi Yesus yang hanya mendidik 12 murid secara arif dan bijaksana dengan karakter mengasihi Allah dan sesama manusia serta mengasihi para musuh mereka, dalam jangka waktu sekitar 2 ribu tahun kemudian telah berimpak menambah jumlah pengikutnya menjadi jauh lebih dominan atau terdata 2/3 penduduk bumi di tahun 2023 ini dari para pengikut ilmuan pemenang Nobel, ataupun agama/ kepercayaan tertentu termasuk para free thinker (atheist). Wow…sebagai ilmuan Fisika kami perlu banyak belajar tentang karakter unik tersebut dibandingkan personaliti kekekalan keilmuan Fisika.
Apasih kelebihan karakter fisis suatu bahan atau dari berbagai mahluk hidup?
Pangalaman mengerjakan dan merenungkan dalam membangun ilmu fisika mulai dari prinsip- prinsip dasar kekekalan muatan, momentum dan energi, hingga pengujian eksperimennya serta terapan dalam nanoteknologi dan nanomedis khususnya herbal medis yang berbasis local wisdom, sifat-sifat atau tingkah laku materi nanochip maupun sel hidup terkecil manusia (DNA) yang juga terdiri dari beberapa molekul kimia membentuk struktur hidup nano (100 kali lebih kecil dari tebal rambut manusia) memiliki kemiripan sistim bekerja dan respons dalam berkolaborasi dengan lingkungan sekitar.Â
Contoh: dalam nanochip sistim kerjasama hanya sekitar persatuan 100 hingga 1000 atom memiliki kesamaan dengan sistim pembangunan DNA (sel hidup terkecil di tubuh manusia) hingga menjadi seorang bayi terlihat dari sistim hidup bayi dalam 1000 hari hidup pertama manusia di bumi yaitu mulai dari 9 bulan kandungan hingga mencapai 2 tahun sebagai anak balita.