Mohon tunggu...
Prof. Hendry I. Elim
Prof. Hendry I. Elim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Peneliti

Prof. H. I. Elim, a Simple Physicist with 3 main writing issues: [1]. Creative and Innovative Intellectual Educator; [2]. Freedom of Innovation works (Kerja Merdeka Berkreasi), and [3]. Amazing Natural Resources of Indonesia Archipelago. Prof. Elim is originally a creative, innovative, and disruptive Indonesia physicist .

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menuju Pendidikan Indonesia Terdepan: Diperlukan Laboratorium "Mobile" dari Pulau ke Pulau

13 Juni 2023   09:42 Diperbarui: 13 Juni 2023   12:07 2646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Lab riset mobile dengan para murid yang terdidik penuh sukacita dan harapan masa depan yang lebih baik dan sempurna/Dokpri

Di lab terintegrasi (i-LAB) kami seluruh mahaiswa riset didik dengan porsi kearifan lokal dan pengetahuan fisis 60% ditambah 40% pendidikan karakter seorang ilmuan sejati.

Banyak Negara di bumi khususnya negara-negara yang telah maju secara sains dan teknologi seperti Amerika, Rusia, Perancis, Inggris, Jerman, Jepang, Cina, Korea Selatan, dan Singapura sangat mampu menghargai pekerjaan rakyatnya baik yang berpendidikan tinggi (educated people/ scholars) maupun rakyat biasa (ordinary people) yang secara alamiah tidak berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi karena kondisi keluarga, daerah maupun keinginan pribadi sendiri. 

Indonesia merupakan Negara yang unik (a unique blessed country) karena letaknya secara geografis di tengah garis bumi (khatulistiwa) merupakan bangsa dengan sekitar 17.480 pulau-pulau kecil dan ada sekitar 4 hingga lima pulau besar (continent-like-islands) contohnya: pulau Jawa, pulau Sumetra, Pulau Kaliman, Pulau Papua, and pulau Sulawesi.

Jika dibandingkan negara-negara maju di Eropa dan Amerika yang merupakan sistim negara kontinen sehingga sangat mudah merealisasikan percepatan pembangunan pendidikan, kesehatan, infrastuktur, dan sistim pertahanan angkasa (space-defence region), maka seharusnya sistim kerja negara Indonesia disesuaikan kondisi geografis yang jauh berbeda karena perlu perjalanan udara/ laut dari pulau ke pulau.

Dalam pengalaman membangun negara Repubrik Indonesia (RI) oleh para pendahulu negara sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945, kebanyakan mengunakan cara pikir Negara Barat yang disesuaikan dengan latar belakang para ahli pendidikan, dan teknologi serta ekonomi bangsa RI, mulai dari presiden pertama, Ir. Soekarno, hingga president ke 7, Ir. Joko Widodo. Hal ini telah berakar dalam beberapa decade terakhir kemerdekaan RI.

Untuk mengubah atau mereformasi sesuatu yang telah berakar dari hasil pemikiran yang telah terimplementasi dan membudaya lebih dari setengah abad, tidaklah mudah seperti membuat software computer dengan kecepatan tinggi (ultrafast-like-speed).

Herannya, para pendahulu Negara RI telah meletakan fondasi yang kuat buat keturunannya untuk terus menguasai negara rumit (a complex nation) dengan lebih dari belasan ribu pulau ini hanya dalam keluarga pemimpin tertentu. Seakan-akan Negara berpotensi unggul ini hanya dikuasai para pimpinan dari pulau Jawa dan Sumatra saja.

Sadarkah kita sebagai ASN RI?

Sebagai Renungan bersama: Apakah ada keserakahan dalam kekeluargaan pendahulu pimpinan Negara RI?

Sebagai ilmuan ASN (pegawai negeri Indonesia) sederhana Fisika dari Timur Indonesia yang terdiri dari sekitar 1344 pulau-pulau kecil, kami mungkin melihat dengan teropong lebih baik dari menggunakan mikroskop untuk menjawab pertanyaan genting tersebut sebelum terlambat untuk generasi masa depan RI menjadi korban yang kurang berkenaan (future unpredictable victims).

Dalam ilmu fisika nanosains dan nanoteknologi yang kami tekuni sejak 2001 di beberapa negara asia seperti Singapore dan Jepang, untuk menjadi nanochip yang yahut/top (excellent) diperlukan persatuan sekitar 100-1000 atom dalam membentuk suatu sensor nanochip yang memiliki ikatan tanggap (Work response) yang berkolaborasi baik dan saling menguntungkan (good collaboration) dan instant task (ultrafast).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun