Mohon tunggu...
Eli Halimah
Eli Halimah Mohon Tunggu... Guru - open minded

guru

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Melahirkan Sebuah Buku Solo

16 Februari 2024   22:51 Diperbarui: 16 Februari 2024   22:52 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku kan Eli Halimah. Nah, menurut Pak Yusuf nama itu kurang cocok untuk sebuah naskah fikksi. Nama tersebut terkesan sangat kaku dan kurang komersial. Terlalu resmi menurutnya. Bahkan Pak Yusuf mengatakan namaku sangat berbau kolonialisme. Mendengar itu aku ngakak dan setelah kupikir-pikir, betul juga.

Pak Yusuf menyarankan agar aku menggunakan nama pena atau nama samaran untuk tulisan fiksi. Aku setuju tetapi tidak tahu harus menggunakan nama apa.

Akhirnya Pak Yusuf mengusulkan satu nama yaitu ELHALIMA. Nama itu terdengar lebih modern memang. Lebih mudah dicerna dan ringan di telinga. Juga tidak menimbulkan kerutan di bagian pelipis pembaca.

Judul novel juga tak luput dari kecermatannya.judul awal naskahku adalah HINGGA NAPAS INI HABIS (HNIH). Menurutnya judul itu juga kurang unik. Judul itu kurang bisa mewakili isi dan karakter novel tersebut.

Pada akhirnya Pak Yusuf memberi usul judul JUWITA HATI BUMI JAWARA. Aku langsung "klik" dengan judul itu.ah, ini keren banget. Sampai seperti itulah tugas editor atau penyunting sebuah naskah.

Terjadi revisi yang cukup signifikan pada naskahku. Beberapa bab harus berpindah dan beberapa logika berpikir harus diluruskan. Data dan fakta kembali harus dicek karena Pak Yusuf tidak menginginkan ada fakta dan data yang salah, asal dibuat, atau dipaksakan dipakai dalam naskah itu.

Setelah melalui proses bongkar pasang yang lumayan lama, selesai jugalah naskah novelku. Hanya saja aku tidak mencetak di penerbit yang bekerja sama dengan Pak Yusuf. Baginya itu tidak masalah.

Akhirnya aku menemukan satu penerbit di kota Serang. Penerbit KABAR BANTEN namanya. Setelah kudatangi dan bertanya tentang penerbitan buku, kami bersepakat melakukan kerja sama.

Di cetakan pertama ini aku mencetak 100 buku. Biayanya lumayan banyak juga. Aku kembali meminta izin sama suami dan Alhamdulillah dia mendukung. Dengan harga jual per eksemplarnya seratus ribu, insyaallah biaya yang dikeluarkan akan tercover.

Alhamdulillah, pada akhirnya novel dan buku perdanaku cetak juga setelah ISBN keluar.

Seperti mimpi rasanya memiliki buku solo sendiri. Terima kasih ya Allah, telah memberikan sedikit ilmu padaku. Terima kasih untuk suami dan empat anak-anakku yang terus mendukung emaknya untuk berkarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun