Mohon tunggu...
Eli Halimah
Eli Halimah Mohon Tunggu... Guru - open minded

guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari Ibu?

24 Desember 2021   05:37 Diperbarui: 24 Desember 2021   05:54 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah suara terdengar dari masjid di dekat kami berada. Menurut tetanggaku, itu adalah Azan, sebuah seruan agar orang Islam melaksanakan salat. Aku mendengarkan suara itu sambil terpejam. Suaranya sangat lembut dan menggetarkan hati. Entahlah, mungkin aku saja yang sedang baper. Ah, orang sepertiku mestinya tahu diri. Kalau baper terus, aku dan kedua anakku tidak akan bisa bertahan lama. Tidak ada waktu untuk baper. Aku harus segera bangun dan melanjutkan hidup. Jika tidak, kedua anakku bisa tidak makan hari ini. Aku bangun dan mengajak anakku pergi. Dia memanggul karung besar yang sudah sobek di sana-sini.

"Ibu!" Sebuah suara memanggil. Ah, mungkin bukan memanggilku. Tidak perlu berharap, aku berkata dalam hati.

"Ibu!" Si gadis berhijab pink menghadang langkah kami. "Ibu saya ada perlu dengan Ibu," ucapnya lagi.

Aku berhenti dan membalikkan badan. Anakku ikut berbalik.

"Ibu, ini ada sedikit hadiah dari saya. Mudah-mudahan bermanfaat untuk Ibu dan anak-anak. Ibu adalah wanita yang sangat hebat." Ibu itu memberikan sebuah plastik berwarna putih padaku. Aku tidak bisa menebak apa gerangan yang dimaksud dengan hadiah. Seumur hidupku, belum pernah aku menerima hadiah.

"Terima kasih. Ibu baik sekali. Semoga Tuhan selalu memberkati ibu dan keluarga." Aku tak bisa berucap banyak. Lidahku mendadak kelu dan mataku buram. Satu dua air dari mataku menetes di selendang yang kugunakan untuk menggendong bayiku. Aku segera mengusapnya sembarang. Si Ibu tersenyum padaku.

"Semoga Ibu dan anak-anak selalu sehat, ya," imbuhnya.

"Aamiin. Permisi, saya harus segera pergi."

"Silakan," jawabnya lembut.

Hatiku bergetar untuk yang kedua kalinya. Terharu dan sangat kaget dengan apa yang baru saja kualami. Seumur hidup, baru kali ini ada orang begitu baik dan ramah pada kami. Biasanya kami selalu disisihkan, dicurigai, dan berbagai perlakuan tak adil lainnya. Melewati sebuah masjid, kami duduk sejenak di emperannya.

"Pak, boleh kami ikut duduk di sini sebentar?" tanyaku pada seorang lelaki berpeci hitam. Sepertinya dia petugas di masjid ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun