"Ya kita putar balik, nanti di depan," jawab Adnan.
Mobil kami bergerak seperti juga mobil-mobil yang lainnya. Mobil berjalan lambat, aku menurunkan kaca mobil di sampingku. Penasaran sekali dengan para polisi itu. Hanya ingin melihat wajah-wajah mereka.
Saat melewati salah satu polisi, aku menatapnya dengan tajam. Saat itu aku tidak memakai masker karena terbawa kategangan suasana. Tiba-tiba dia seperti terkaget dan segera menghampiri mobil kami.
"Berhenti berhenti!" Perintahnya sambil menepuk badan mobil bagian samping, tepat di sampingku. Aku kaget bukan kepalang. Aduh, kenapa lagi? Jangan-jangan pak polisi itu marah karena aku tatap begitu tajamnya.
"Siang, Bu!" Sapanya sambil memberi hormat.
"Ya, siang, Pak," jawabku sedikit menciut.
"Ibu yang bernama Elhalima, kan? Penulis buku JUWITA HATI BUMI JAWARA, kan?" Tanyanya sambil memerhatikanku yang masih kebingungan.
"Eh, ya betul. Kok Pak polisi tahu?" Aku semakin bingung.
"Saya *********, saya salah satu fans Ibu. Sebentar ya, Bu. Jangan pergi dulu," katanya lalu lari entah ke mana.
Belum sempat kami membahas keheranan akan apa yang terjadi, Pak polisi tadi sudah kembali lagi sambil membawa buku karyaku di tangannya.
"Kalau boleh, saya minta tanda tangan Ibu dan mau berfoto dengan Ibu," pintanya.