Mohon tunggu...
Eliezer Mei Kriswanto
Eliezer Mei Kriswanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas (The Critical Voice, Eliezer Mei Kriswanto).

Bersama bacaan dan tulisan saya menikmati kebebasan berpikir. Namun saya bukan penciptanya. Saya ingin menciptakan kebebasan dan menikmatinya dari buah pemikiran yang saya tuangkan dalam karya tulis. Selamat membaca dan berpikir bebas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berteopoetika dalam Puisi

3 Juli 2023   22:14 Diperbarui: 3 Juli 2023   23:04 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dibalik temaram kalam, saat hening menghampiri, dengan ruangan yang penuh asap signature kini berubah seperti berada di khayangan, dengan suasana harmoni.

Datanglah seorang untuk ber teopoetika...

Mengatur kalam demi kalam seperti tukang sulap dengan trik,

Membentuk bait demi bait indah,

Tiap-tiap baitnya mengisyaratkan ada makna tersembunyi yang tergurat dalam hati, antara yang dicipta dengan pencipta.

Dalam suasana harmoni malam dengan keheningan dijalan sunyi yang dilukiskan dengan karikatur asap signature

Kini tibalah pada teopoetika...

Teopoetika menciptakan jalan merengkuh roh, melalui kalam demi kalam yang lembut nan sederhana.

Menapaki titian demi titian dalam kehidupan sekaligus menapaki titian merengkuh titian mistik, titian yang tidak banyak manusia tempuh, dijalan sunyi.

Ketika aku menempuh jalan sunyi untuk ber-teopoetika, ada kedamaian, ketenangan jiwa , dan kebaharuan terhadap konsep Sang Pencipta.

Karena ber teopoetika menciptakan ulang konsep Sang Pencipta dalam konsep yang selalu berprogres, nan memiliki kebaharuan.

 Dalam frasa latin disematkan "Deus est Numinosum Tremendum est Fascinosum" frasa yang mewakili untuk menggambarkan hakikat Sang Pencipta.

Yang menggentarkan sekaligus yang mempesona, sungguh DIA sangat menggentarkan sekaligus mempesona seperti dua sisi uang logam. Kendati bahwa DIA disematkan sebagai "Deus est Numinosum Tremendum est Fascinosum", namun DIA juga disematkan sebagai "Deus Amicitia est" untuk aku dekati, makin dekat...

Sehingga menjadi "Manunggaling Kawulo Gusti"

Lalu melebur dan menyatu dengan Sang Pencipta, yang dirahmati oleh ilahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun