Mohon tunggu...
Elieser Duganata
Elieser Duganata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi: musik Tertarik untuk mendalami ajaran Agama Kristen Katolik, yang berakar pada Kitab Suci, Tradisi, Magisterium Gereja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Evangelisasi dalam Budaya Asmat

7 Maret 2023   21:06 Diperbarui: 7 Maret 2023   21:29 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Prinsip Kolegialitas dan Subsidiaritas Dalam Sistim Kepemimpinan Wair

Kepemimpinan Wair dalam Budaya Asmat (Wilyah Paroki Ayam)

Dalam budaya Asmat, struktur dan jabatan yang menggerakkan seluruh kehidupan masyarakat disebut dengan Wair atau Wayir. Wair adalah sekelompok orang yang bersal dari setiap marga, yang dipercayakan untuk menjadi pemimpin dalam masyarakat. Secara lebih spesifik Wair dapat dikatakan sebagai tungku api utama dalam rumah adat atau Jew. Di sini orang-orang yang dianggap mampu digabungakan dalam satu kelompok khusus yang bertanggungjawab dalam memelihara, mengatur dan menjalankan setiap kehidupan, ritual, dan upacara dalam suku tersebut.

Kepemimpinan Wair dalam budaya Asmat terbagi dalam dua kategori, yakni yang umum dan yang khusus. Ketegori umum berarti bahwa setiap pribadi dalam masyarakat memiliki hak dan potensi untuk menjadi pemimpin. Sementara kategori khusus berarti setiap pribadi yang cakap dan kompeten dalam segi-segi tertentu, yang diberi taunggungjawab dalam kelompok khusus Wair.

Kategori umum kepemimpinan dalam budaya Asmat terdiri dari tiga kelompok. Pertama, "Ow Ducur Ow", yang berarti manusia yang telah dewasa, dan yang telah berkeluarga. Kedewasaan ini tidak hanya dilihat dari segi usia tetapi juga kemampuan lainnya, seperti berburu, membuat rumah, membuat perahu, dan lain sebagainya. Kedua, "Ow Manmok Ow", artinya orang dewasa atau orang tua yang telah teruji dan terpercaya dalam hal keberanian, kebijaksanaan, ketegasan, keuletan, semangat yang tinggi, taat dan setia, adil dan jujur. Ketiga, "Ow Ducur Os", yang berarti orang dewasa yang cakap dalam hal aturan-aturan budaya dan adat, ketentuan moral yang baik.

Secara khusus, dalam kategori umum di atas, ada pribadi-pribadi yang dianggap mampu dan diberi kepercayaan dalam melaksanakan tugas kepemimpinan dalam budaya Asmat. Dalam kategori "Ow Manmok Ow", terdapat pribadi-pribadi yang dapat disebut para pemegang adat. Diantaranya "Ducuripitsj".

Yaitu orang yang mempunyai keprihatinan tinggi terhadap orang lain dan bersikap kebapaan, "Atakambenakipitsj", yakni orang yang mempunyai kemampuan dalam menyampaikan suatu maksud terdalam demi kepentingan hidup bersama. Selain itu ada juga "Jee Aramatipitsj", yaitu orang yang selalu memperhatikan rumah adat atau Jew, "Jouse Aramatipitsj", yakni orang-orang yang menjadi pemilik tungku api dalam Jew, "Ow Betiw Ow", yakni orang dewasa yang menunjukkan keramahtamahan, bijaksana, dan menjadi panutan yang baik.

Dalam kategori khusus ada sekelompok pemimpin yang bertanggungjawab di sekitar "Ow Cessesema Ow", yang berarti para pemimpin perang. Diantaranya ada kelompok "Aices Ow", yakni orang yang berada di barisan depan ketika ada peperangan, "Cessemaipitsj", yaitu mereka yang menjadi komandan, dan sebagai penyusun strategi perang. "Cesscuipitsj", yakni orang-orang yang mempunyai keahlian dalam membangun pemukiman baru bagi masyarakat, "Cisiipitsj", ialah mereka yang mempunya keahlian khusus dalam membuat perahu, "Wowipitsj" yaitu mereka yang mahir dalam kegiatan mengukir, dan pekerjaan yang menggunakan kayu.

"Tareyatakamipitsj", yakni orang yang mengetahui mitos-mito dalam budaya dan bertanggungjawab untuk menceritakannya kepada anak-anak muda, "Emsobenakipitsj", ialah orang yang mahir dan bertugas untuk menabuh tifa dan berjiwa penyanyi, dan "Juuipitsj" ialah orang-orang yang bertugas untuk memberi semangat kepada masyarakat.

Unsur-unsur pemimpin dalam kategori "Os Ducur Os". "Wurpokautipitsj" yaitu orang yang mempunyai jiwa sosial tinggi dalam memperhatikan kesejahteraan bersama, "Seybenakipitsj" yaitu orang yang jujur, terampil dan cekatan dalam membagikan bahan kebutuhan hidup, "Irampipitsj" dan "Iramfeipitsj" "Ow Awoworomtauwipitsj" ialah mereka yang memiliki kemampuan dalam mengobati orang yang sakit, biasa maupun yang sakit karena roh-roh. "Aramatipitsj" ialah orang tua yang dewasa secara mental dan pikiran, "Arowpokipitsj" yakni mereka yang memiliki ilmu gaib yang dapat membahayakan orang lain.

Kelompok pemimpin dalam kategori "Ow Ducur Ow". "Wairipitsj atau Wowotcipitsj" ialah mereka yang menjadi penegah dalam komunikasi dan relasi yang dikembangakan, "Jiiatakamipitsj", yakni mereka yang sejak kecil mendengarkan berbagai cerita adat dan mitos-mitos dan kemudian meneruskannya kembali kepada generasi muda dalam upacara adat.

"Owbawanimipitsj" yaitu anak-anak muda yang memiliki tenaga dan semangat yang membara, memiliki inisiatif dalam segala sesuatu, "Imifaetcipitsj" ialah orang yang secara alamiah menjadi pelawak, memiliki bakat humor. Dalam upacara adat, mereka hadir untuk mencairkan dan membuar suasana menjadi ceriah.

Model Kepemimpinan Dalam Wair

Charles J. Keeting menyebut sistim kepemimpinan yang identik dengan tanggungjawab bersama sebagai Relationship funtion. Relasi setiap orang didasarkan pada tugas dan fungsi untuk pengembangan kelompok. Dalam kepemimpinan, sistim ini berupa tanggungjawab secara bersama untuk menjalankan, memelihara dan mengembangkan persekutuan dalam kelompok. Dalam sistim relasi ini, terdapat kerja sama, tanggungjawab bersama. Relasi yang mementingkan nilai kehangatan, persahabatan, mengakui keunikan dan kelebihan orang lain, dan ekspresi diri secara bebas sambil memperhatikan kebebasan orang lain.

Dalam Gereja sistim kepemimpinan semacam ini dapat diungkapkan dengan 'Kolegialitas dan Subsidiaritas'. Dalam dokumen "Sinodalitas Dalam Kehidupan dan Misi Gereja" art. 7, ditekankan bahwa konsep kolegialitas mendefinisikan makna teologis dan bentuk pelaksanaan pelayanan para Uskup dalam pelayanan Gereja lokal dan persekutuan antara Gereja lokal dalam inti Gereja Universal Kristus yang satu, yang terlaksana dalam persekutuan hirarkis kolegialitas para Uskup dengan Uskup Roma.

Prinsip kolegialitas menekankan tentang persekutuan, kebersamaan, kerja sama sebagai rekan kerja, antara satu pemimpin dengan pemimpin lainnya. Semua orang bertanggungjawab dan bekerja sama dalam membangun Gereja yang Satu dan Kudus. 

Subsidiaritas, menurut Paus Fransiskus menunjuk pada kesempatan yang diberikan kepada setiap orang untuk berpartisipasi dalam proses penyembuhan masyarakat manusia. Para pemimpin harus menghormati dan mendorong tingkat menengah atau yang lebih rendah untuk menentukan tindakan yang tepat dan relevan bagi perubahan. Prinsip subsidiaritas menekankan tentang kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk menentukan dan mengambil tindakan. Setiap orang, sesuai dengan keunikan, dan kemampuannya, diberi kepercayaan atau otonomi untuk menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.

Sistim kepemimpinan dalan Wair juga menekankan hal yang kurang lebih sama. Corak kepemimpinan Wair menekankan kerekanan dan tanggungjawab bersama dalam masing-masing bidang. Kelompok Wair menjalankan tanggungjawabnya secara bersama-sama sebagai rekan, dan bekerja sama untuk mengatur kehidupan masyarakat. Di sisi lain, setiap kategori atau peran diberi keluasan untuk melaksanakan tugasnya masing masing. Peran sebagai "Ow Manmok Ow", "Ow Betiw Ow", "Ow Cessesema Ow", "Os Ducur Os", dan "Ow Ducur Ow" dijalankan masing-masing dalam satu kolegialitas kelompok "Wair".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun