Mohon tunggu...
Elicia
Elicia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswi SMA

Like dance, sing, and crazy person.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berlari dengan Indahnya Waktu

3 Juni 2024   09:18 Diperbarui: 3 Juni 2024   09:40 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu, anak-anak kelas 10 sudah duduk manis di dalam aula. Kami tidak tahu apa yang mengharuskan kami datang ke sini. Akan tetapi, Pak Asep terlihat sudah sangat siap dengan kertas di tangannya dan membacakan isinya kepada kami.

"Anak-anak yang Bapak banggakan, pagi ini Bapak memiliki pengumuman penting," ujar Pak Asep.

Aku dan Laut terheran-heran. Sepertinya kami berdua memikirkan hal yang sama.

"Dalam rangka melaksanakan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), kalian harus membuat penampilan yang berkaitan dengan keberagaman nusantara seperti drama, adat istiadat, cerita rakyat, atau permainan daerah. Daerah yang diambil adalah Papua, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa-Bali," terangnya.

Nah, kan, betul apa yang kami pikirkan. Lagi-lagi Pak Asep kembali memberikan tugas-tugas kepada kami. Pak Asep memang salah satu guru yang gemar memberi kami pekerjaan. Dengan menghela napas, kami berusaha untuk tetap mendengarkan pengumuman.

"Pembagian daerah ini akan Bapak acak menggunakan spin wheel saat ini juga secara langsung. Setelah ini, anak-anak dapat berdiskusi ingin menampilkan apa. Setiap anak dalam satu kelas harus tampil! Tenang saja, sekolah akan memberikan dana kepada setiap kelas untuk memberi perlengkapan."

Setelah pengumuman penugasan itu selesai, kami menatap layar proyektor yang menampilkan pengacakan daerah. Kelasku, X-E, mendapatkan daerah Kalimantan.

"Wah, ini daerah yang tepat! Beruntung kita memiliki teman dari daerah sana. Ya, kan, Roy?" ucap Sari.

"Aku bisa membantu menentukan apa yang harus kita tampilkan. Aku punya ide menarik, nih!" balas Roy dengan bersemangat.

Sesaat kemudian, kami kembali ke kelas dan mulai berdiskusi untuk menentukan penampilan. Satu kelas sepakat untuk mengambil drama dengan mitos daerah Kutai Timur usulan Roy, si anak Kalimantan. Naskah drama ini mengangkat kisah Long Diyang Yung atau Dewi Padi. Oleh karena Roy adalah orang yang paling memahami mengenai Kalimantan dan kisah yang kami pilih, maka seisi kelas sepakat menjadikannya sutradara.

Selanjutnya kami memilih asisten sutradara yaitu Bee, karena dia mengikuti teater sekolah. Lalu ada bendahara, sebab ia juga menjadi bendahara di salah satu organisasi sekolah di bagian yang sama. Selanjutnya penata panggung yang bernama Raka yang mengetahui bagaimana letak posisi panggung secara benar. Penata rias yaitu Elsa. Untuk perkap karena akan membawa banyak barang terutama pohon bohongan, jadi di pilih yang rumah nya dekat dengan sekolah yaitu Olaf, Joshua, Keisya, Mikel dan kebetulan juga mereka semua mau.

Pemilihan tim produksi sudah selesai. Selanjutnya, Roy memimpin untuk melakukan pemilihan peran sesuai dengan naskah drama yang telah dibuat.

"Yang jadi narator nya Riki aja, soalnya suara dia lembut jadi cocok sama ceritanya" ucap Roy, Riki pun terkejut karena tidak menyangka kalau dia dipilih menjadi narator "Benarkah?" katanya dengan tidak percaya.

Lalu adapun yang menjadi tokoh utama dari kisah ini adalah seorang putri yang diperankan oleh Aurel. 

Proses castingnya dimulai dari satu persatu anak disuruh untuk keluar kelas lalu membaca dialog kasar yang dipilihkan oleh asisten sutradara, setelah casting selesai mereka masuk ke dalam kelas untuk mengumumkan siapa saja yang menjadi pemeran utama beserta naratornya.

---------------

Pembagian terakhir adalah penentuan dancer utama yang diisi oleh Leo, Moon, Michel, Star, dan Anna. Sisanya, murid yang tidak mendapat peran di atas menjadi warga atau rakyat dalam kisah tersebut.

Setelah semua proses awal selesai, keesokan harinya kami memulai melakukan latihan awal untuk memperkirakan bagaimana drama yang sesungguhnya akan di mulai. Divisi lain selain penampil mulai melakukan tugasnya, yakni memikirkan dan mencari apa saja yang akan dibeli dan dibuat seperti dalam divisi perkap.

Rupanya, angan tidak seindah kenyataan. Rencana kami diwarnai berbagai rintangan.

"Laut, latihan yuk biar nanti waktu liburan Desember cuma revisi sama beli barang-barang sisa aja",  "Ahhhhh gak mau ahh panas-panas gini latihan di aula nanti keringat terus bau, mending di kelas aja ac terus main hp, tidur", "Dih gitu lagi, gila nya kumat memang"

Lalu ada pula yang kabur ke toilet karena di kelas panas, juga ada yang malah kabur ke kantin dan sengaja tidak masuk karena izin padahal ya...itu bohong.

Latihan dimulai dari memperkirakan adegan agar mirip dengan cerita aslinya, lalu pada suatu hari yang damai tiada angin, tiada hujan kami angkatan kelas 10 

diberitahu agar berkumpul di pendopo sekolah untuk suatu hal yang kami kira akan ada latihan revisi per kelas, namun ternyata bukan itu, kami diberitahu bahwa akan maskot tiap kelas dan juga penggabungan cerita agar menjadi Nusantara, disini kami seangkatan marah karena pemberitahuan yang menurut kami sendiri tidak masuk akal dan tentu saja ada mencari siapa orang yang mengusulkan ide ini termasuk aku.   

"Siapa sih yang ngusulin ide kayak gitu,nambah-nambah beban tau", "Iya mana punya kita udah mau jadi pula, kalau kayak gini kan banyak yang harus di betulin, mana maksimal cuma 15 doang"

Kami anak X E kebanyakan memilih banteng secara spontan, lalu ada pula pembentukan panitia drama dadakan yang membuat setiap kelas menjadi kekurangan penampil setiap akan latihan sendiri perkelas, juga pemberitahuan akan adanya dana subsidi dari sekolah tapi hanya 500 ribu dan tentu saja kami protes lagi, yaaa karena 500 ribu bisa dapat apa? Gak ada kan.

"Oh iya, ada pengumuman terakhir sebelum bubar, dari sekolah ada subsidi dana untuk p5 ini sebanyak 500 ribu"

"Apasih pak... 500 ribu doang mana cukup buat beli barang perkap buat kelas, mana kita harus sewa kostum mana bisa kalau gak sewa" jawab salah satu temanku dengan suara pelan, "500 ribu bisa dapet apa? Beli barang buat bikin latar aja udah habis berapa itu, mana belum sewa kostum lagi, yang habis banyak kan di bagian sewa kostum" sahut laut dengan nada pelan namun jelas. Setelah kejadian itu kami kembali berlatih dengan bad mood.

Hari, bulan, dan tahun pun berganti tak terasa hal yang selama ini kami nanti-nanti ada di depan mata walau saat gladi kotor dan gladi bersih pemeran raja belum datang, itu tak masalah. Namun ada sebuah kejadian tak terduga sebelum hari H pementasan, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba seorang teman kami yang menjadi perkap mengalami sebuah kecelakaan di dekat rumahnya sendiri karena sudah terlalu lelah setelah membuat perlengkapan hari itu. 

Hasilnya ia pun tidak ikut acara hari h. Lalu tiba juga saatnya kami tampil pada acara puncak ulang tahun sekolah, kami semua menunjukan hasil dari latihan dan jerih payah latihan selama ini, selama penampilan kami berlangsung banyak sorakan gembira bahkan juga ada yang menangis, karena terharu dengan cerita yang kami bawakan. Tak terasa hasil nya memuaskan bagi kami semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun