Mohon tunggu...
eli laraswati
eli laraswati Mohon Tunggu... lainnya -

seorang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepuluh Tahun Cukup Sudah

27 September 2016   20:38 Diperbarui: 27 September 2016   20:41 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

*****                                                                                                                                                                                           Sebulan berlalu sejak meninggalnya Santo kegelisahan sering menghinggapi perasaannya ada rasa kosong yang seringkali menyeruak masuk kedalam relung hatinya, Santo sahabatnya di kampung yang  semasa hidupnya tetap setia kepada ayahnya selalu menjenguknya setiap kali. Santo yang sampai pada ajalnya masih selalu mengingatkannya untuk selalu ingat hakekat hidup yang seringkali dianggap Zacky hanya lelucon yang tak lucu.

 Sebenarnya Zacky telah melupakan persahabatannya,dibutakan gemerlap dan keberhasilannya yang kadangkala menimbulkan rasa angkuh dalam dirinya, tapi kepergian Santo dan suara ayahnya dilarutnya malam menghentakkannya betapa kematian itu bisa datang kapan saja dan kabar itupun akan disampaikan tak peduli kau sedang apa.

*****

Satu bulan dia merenung, satu bulan dia tafakur menengok kebelakang hari-hari yang ia lewati, satu bulan tak  ada hari yang ia lewati tanpa menelpon ayahnya,yang membuat ayahnya  bahagia anak tersayang kembali selalu ingat padanya.

 Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk resign dari kantornya mengikuti kata hatinya. Semua temannya terkejut termasuk bosnya, karirnya dikantor sedang cemerlang , semua mengingatkannya untuk tak buru-buru mengambil keputusan, tapi dia lebih percaya pada kata hatinya dan nasehat ayahnya untuk kembali pulang menyambut diri yang telah lama hilang.    

*****.

Satu minggu Zacky mengurus semuanya mobil kebanggannya ketika pulang kampung untuk dipamerkan ke Santo dan para tetangga dijualnya dia  pulang naik kereta dan meminta  ayahnya yang menjemputnya  menggunakan sepeda kumbang,  mengenang masa kecilnya melihat ayahnya pulang dan pergi dari mengajar.

Duduk santai di kereta tanpa harus menyetir membuatnya lebih banyak berpikir dan merenung bahwa kehidupan itu benar-benar tak abadi.kadangkala dia berbincang ala kadarnya dengan seorang ibu yang duduk disebelahnya, kadangkala juga dia tertidur.

Tanpa terasa kereta sudah sampai stasiun, jam menunjukkan pukul 17.30 ketika kereta berhenti tampak ayahnya melambaikan tangan ada rasa gembira membuncah, sambil menarik kopernya dia berlari  seperti anak kecil dia berlari menyambut ayahnya kepulangan yang benar-benar lain dari kepulangan yang lain.

Pak Didu pembantu ayahnya membantunya membawakan kopernya, sedangkan Zacky sambil dipeluk ayahnya berjalan menuju tempat sepeda. Jalan itu masih sama padi tampak mulai menguning dan langit senja memerah jingga menyambut kepulangannya sebagaimana matahari yang yang hendak pulang menyelusupkan diri digelapnya malam.

Zacky menatap punggung ayahnya yang menggayuh sepeda dengan tenaga yang masih prima, dia merasa memang ini adalah waktu yang tepat untuk pulang tanpa perlu menunggu ayah menjadi renta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun