Mohon tunggu...
Elgrini Togatorop
Elgrini Togatorop Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Math 244

3 Juni 2022   20:52 Diperbarui: 6 Juni 2022   11:36 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
soal pertama yang Alex coba kerjakan namun tidak mengerti

Suatu pagi dihari Senin, udara dingin pagi menembus sela jendela di samping tempat tidur yang memberi kenyamanan bagi sang pemilik kasur. Aku terbangun untuk memulai hari baru di minggu ini. Hari ini aku akan kembali menjalankan rutinitas sebagai seorang mahasiswa jurusan teknik. Hari ini jadwal perkuliahan kami tidak terlalu padat, diawali dengan mata kuliah madas dilanjut dengan mata kuliah PNKI dan di pukul 3 dilanjut dengan mata kuliah Kimia Organik, walaupun begitu masih ada jam kosong di waktu yang sangat tepat sebelum kembali berfikir dan melanjutkan pembelajaran.

Setelah bersiap-siap, aku kembali memastikan penampilanku hari ini rapi meskipun ada sedikit perasaan aneh yang muncul di hati kecilku. Perasaan yang akan hilang di hari Rabu dan kembali muncul di hari Senin pagi. Aku dan beberapa temanku menyebut perasaan ini dengan sebutan "kode alam". Perasaan aneh ini mengiringiku hingga sampai ke simpang depan gerbang kampus, dan membuat aku mencoba meyakinkan diriku hari ini akan baik-baik saja, tetap tersenyum walaupun pikiran berantakan. Tepat di depan gerbang aku bertemu dua teman dekatku sedang berjalan sambil membahas sesuatu.

"Selamat pagi bapak dari 23 anak!" kata Didi temanku yang badannya paling kecil."Di... Ini masih pagi, jangan pancing aku untuk membantumu menggoda Uun." sahut Tulus bercanda. Nama asliku adalah Alex, tapi teman-temanku sering memanggilku dengan sebutan Uun, yang terinspirasi dari unta, hewan yang gemar menabung. Bedanya unta menabung cadangan makanan sedangkan aku menabung tugas hingga menumpuk. Saat aku ingin merespon kedua temanku itu, tiba-tiba notifikasi Whatsapp berbunyi. Dan terlihatlah "Happy Kiyowo Cs", grup WA yang diisi oleh aku dan teman temanku dikirimi pesan oleh Faisal yang paling tua diantara kami berlima. Setelah membaca pesan itu, kami pun sedikit mempercepat langkah kami menuju ruangan kelas.

            Ruangan kelas terlihat rapi, wajar saja karena kelas masih diisi oleh sedikit mahasiswa yang sebagian masih mengumpulkan niat dan nyawanya untuk memulai kelas pukul 08.00 nanti. Terlihat Faisal dan Tono duduk santai di kursi bagian tengah, dan 3 kursi di sampingnya diisi dengan botol minum, buku kalkulus dan sebuah laptop yang berarti kursi itu disediakan mereka berdua untuk kami. Tono tersenyum setelah melihat 3 sahabatnya tiba di kelas tepat waktu. Meskipun kami berlima laki-laki, kami tidak pernah terlambat masuk kelas. "Yo sesepuh.. Izin yang paling muda ingin duduk di samping anda." ujar Didi kepada Faisal. "Lidah dijaga ya anak muda, jangan sampai saya COD-kan karma untuk anda." Jawab Faisal yang tetap fokus ke layar handphonenya.

"Kelas pertama hari ini apa?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Madas" jawab Tono.

"Pantes, kode alam pagi ini lebih ketara dari hari kemarin."

"Lus, udah absensi belum? Jangan lupa loh gara-gara sibuk mengurus kode alam."

" Yoai Uun yang gemar menabung dan perhatiannya melebihi ayang mbak Jennie Blackpink."

 

            Seperti yang dikatakan Tono, mata kuliah yang menyambut kami pagi ini adalah matematika dasar atau kami biasa menyebutnya madas. Sebuah mata kuliah yang kami definisikan mengajarkan hitungan sehingga umat manusia dapat menemukan nilai akurat atau hanya sekedar mendekati nilai tetapan yang ada. Namun madas bukanlah mata kuliah seperti matematika anak SMA atau sekolah menengah. Setelah bergabung dengan sejumlah kelas dari beberapa mata kuliah, terkadang kami berpikir, apa yang salah dengan kami? Mengapa dari sekian ribu orang yang mengambil jurusan yang sama dapat mengerti dan lulus dengan nilai sempurna? Apa yang mereka makan sehingga bisa sepandai itu?

            Kelas pertama pun dimulai. Pak Horas dosen madas kami pun masuk ke dalam kelas dan menyapa kami. Beliau tersenyum dan menatap kami dengan tatapan bersahabat namun tetap berwibawa. Beliau pun mengawali kelas dengan berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing mahasiswa. Samar-samar doa Didi terdengar olehku, laki-laki yang gemar menjahili temannya itu meminta agar dia tidak dipanggil untuk mempresentasikan tugas yang sebelumya sudah diberikan pak Horas kepada kami.

"Baiklah kita mulai kelas kita, ada yang ingin pertama mempresentasikan soal yang sudah kalian buat?" ucap pak Horas. Semua mahasiswa di kelas menunduk sambil berharap bukan dirinya yang dipanggil untuk maju pertama kali. Setelah 3 menit menunggu akhirnya pak Horas kembali berucap "Alex silahkan presentasikan soal yang kamu buat"." Ternyata kode alam yang kurasakan tadi pagi adalah kejadian yang kualami saat ini. Jantung ini seakan melompat ketika namaku dipanggil menjadi orang pertama mempresentasikan soal ini.

"Duhh kenapa aku sih duluan?" Bisikku kepada orang di sebelahku.

"Maju saja lah, kamu pasti bisa" ucap dia dengan tersenyum melihat ku.

Dengan hati yang pasrah aku berjalan menuju papan tulis dan mencoba untuk mempresentasikan soal yang semalam sudah kucoba untuk aku kerjakan.

Dengan jantung yang berdetak kencang, dan tangan yang mulai dingin ku mulai menjelaskan materi integral berulang yang sudah kupersiapkan sebelumnya.

Awalnya aku berdiri di hadapan semua teman sekelasku, aku melihat wajah-wajah yang sudah 2 semester ini menjadi partner ku untuk menimba ilmu. Namun dari semua wajah itu, aku melihat Faisal, Didi, Tulus dan Tono menahan senyum dan tawanya karena ekspresiku yang menahan seteru dalam otak dan hatiku. Dipertengahan materi yang kubaca, tiba-tiba pak Horas angkat suara. Beliau bertanya kepada teman-temanku mengenai materi tersebut. Dengan tatapan memelas aku memandangi mereka agar tidak bertanya. Namun dari bangku paling depan seorang gadis dengan kulit sawo matang mengangkat tangan. "Astaga Tuhan, mengapa anak ini kau berikan suplemen kepo lebih banyak dari manusia yang lain?" ucapku dalam hati. Dia mulai bertanya mengapa hasil akhir dari soalku menghasilkan nilai yang berbeda dengan apa yang dikerjakannya. Pak Horas hanya menatapku tanda untuk aku menjawab pertanyaan Wiwin si gadis yang bertanya. Langit di atasku terasa seperti runtuh menimpa diriku.

"Ehmm, itu..Mungkin ada salah perhitungan antara yang saya kerjakan dengan teman Wiwin kerjakan."

"Ouh iyakah teman? Tapi saya sudah menghitungnya beberapa kali, dan hasil dari integral yang saya kerjakan berbeda dengan teman kerjakan."

"Ya mana saya tau, kan yang kerjakan soalmu dirimu sendiri kali Win, kok nanya salah pengerjaannya yang mana ke aku..." ucapku dalam hati

"Tapi Win, soal yang saya kerjakan ini sesuai dengan langkah pengerjaan di buku."

"Saya juga mengikuti langkah yang dibuku kok, Lex"

Melihat sebentar lagi akan terjadi perselisihan pendapat, Pak Horas akhirnya tersenyum dan berkata "Baiklah, cukup. Alex, menurut kamu dari soal ini bagian mana yang harus dikerjakan?" Aku diam mencoba untuk berpikir walaupun otakku seperti ingin menjerit. Dengan ragu aku menjawab "Integral yang ditengah pak." Pak Horas kemudian lanjut bertanya " Memangnya kalau integral bagian luar dikerjakan terlebih dahulu, tidak bisa ya?". Aku menatap teman-temanku berharap ada yang senasib denganku. "Izin pak, sepertinya tidak bisa.." Jawabku. "Alex sudah buktikan? " tanya pak Horas sambil membolak balikkan buku kalkulus berwarna biru yang ada di atas meja disampingku. "Belum pak.." aku menjawab dengan kepala tertunduk. Tiba-tiba telepon pak Horas berbunyi, dan beliau izin sebentar untuk menjawab telepon tersebut. Kami tidak berani ribut, aku masih berdiri di dekat papan tulis dan mencoret coret celah yang kosong dengan spidol ditanganku.

1 sks sudah kami habiskan dan hanya aku manusia yang maju untuk mempresentasikan soal. Aku melihat Didi menari di tempat duduknya dengan bahagia karena besar kemungkinan yang akan mempresentasikan soal berikutnya adalah mahasiswi yang nasibnya mungkin akan kurang beruntung sepertiku. Setelah kurang lebih 15 menit, Pak Horas kembali ke kelas dan memberi perintah kepada kami. "Sekarang bentuk 4 orang sekelompok, kemudian saya ingin kalian mendiskusikan materi bab 13 dari buku kalkulus. Untuk rentang materinya dapat di lihat di forum mata kuliah madas di website kampus kita. Bapak ingin kalian memahami setiap materinya kemudian secara acak akan bapak pilih siapa yang menjadi perwakilan kelompoknya. Untuk tugas ini saya berikan waktu 2 minggu, mengingat minggu depan saya ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan dan minggu selanjutnya ada libur. Tolong dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Bisa dilaksanakan?" Mendengar kata libur, seluruh penghuni kelas seketika bersemangat dan menyunggingkan senyum tipis. "Bisa pak." jawab kami serentak. "Kalian bisa dipercaya?" Semua teman menjawab dengan antusias tapi tidak denganku. Entah mengapa setelah beliau melontarkan pertanyaan tersebut muncul perasaan ganjil dan berat di hatiku.

Aku dan keempat temanku belum beranjak dari kelas Kimia Organik. Tono sangat semangat membahas pengalamanku tadi pagi. Sedangkan Faisal memandang sebuah bangku paling depan. Aku tahu Faisal sedang memandang bangku Wiwin. Faisal pasti merasa jengkel dengan pertanyaan yang ditujukan Wiwin kepadaku saat kelas matematika pagi tadi. "Hei calon sarjana.. Ini kita disuruh bentuk 4 orang dalam satu grup. Padahal happy kiyowo cs kan ada 5 member. Siapa nih yang rela berkorban demi kelangsungan keamanan materi madas ini?" tanya Tulus dengan tangan yang dibentangkan dan kepala menengadah ke atas. "Yang bertanya, dia yang berkorban." jawab Tono bercanda. "Baiklah, karena Tulus Jaya Wijaya Everest adalah orang baik, maka izinkan aku pergi dulu." Aku memandang wajah Tulus, dia memang tidak bersuara emas seperti Tulus penyanyi terkenal itu, namun kalau soal mengalah dia memang benar-benar menjunjung namanya. "Makan yuk, aku lapar." kata Didi merengek. "Wah, bisa-bisanya kamu lapar padahal tidak menjawab pertanyaan dan berdoa agar tidak dipilih presentasi." Ucap Faisal. Sambil tertawa kami berjalan menuju kantin untuk mengisi perut karet kami.

Sesampainya di kantin kampus, kami berjalan menaiki anak tangga dan berniat mengambil meja di ujung yang dekat dengan stop kontak. Niat itu kemudian kami urungkan melihat Wiwin dan teman-temannya duduk di meja favorit kami. Faisal mendengus keras tanda tidak suka dengan situasi ini. "Hiya hiya, kekasih tercinta paduka ratu lord dewi Wiwin berada di kantin menantikan kakanda akang ayang Uun tercinta. Kepada mas Uun kami persilahkan waktu dan tempatnya..Hiya hiya." ucap Didi mengejekku. Bisa ditebak sumber inspirasi lelaki dengan tubuh terkecil di antara kami ini pasti karena kejadian di kelas pagi tadi. "Lidah memang tidak bertulang, tapi lidah sangat sulit untuk dikendalikan. Jangan karena satu bagian kecil, seluruh yang ada pada dirimu menjadi tercemar saudaraku." jawabku dengan nada halus. "Kukira cupu, ternyata suhu!" ledek Didi. "Biasanya yang tipe Didi ini nih yang malah naksir, tapi karena malu, temannya yang dicie-ciein menutupi perasaan yang ada." kata Tono dengan senyum nakal. "Ssstt, perutku lapar. Jangan berantem dulu, nanti gak ada yang ngompor ngomporin kan gak seru." kata Tulus yang sedang melihat menu yang disediakan kantin pada hari itu.

Faisal yang sedari tadi diam kemudian berjalan menjauhi kami. Aku yang semula ingin membalas perkataan Didi kemudian memilih untuk mengamati pria yang kami anggap sesepuh itu. Rupanya dia pergi mencari kursi. Remaja jompo ternyata. Kami yang sedari tadi menunggu Wiwin dan teman-temannya beranjak dari tempatnya akhirnya memilih  membungkus makan siang kami.

"Eh Uun sahabatku yang tampan seantero toilet umum, kapan-kapan bilang ya ke pacarmu Wiwin jangan duduk di daerah situ, mereka makan nya lambat, sedangkan waktu makan siang kita sedikit, ini perut karet jadi gak bisa nambah deh kalau dibungkus begini."

"Didi, kamu masih lapar? Ini makan nasiku saja, aku gak papa kok.." kata Tulus dengan senyuman.

"Ouh Tulus, semoga kebaikanmu dibalaskan dengan diberi jodoh yang baik nanti." kata Didi menyambut makanan yang disodorkan Tulus.

            Tidak terasa hari sudah sore. Saatnya diri ini kembali kerumah dan beristirahat setelah melakukan berbagai aktivitas seharian. Aku memasuki kamarku yang nyaman, kuletakkan tas kuliahku di kursi dan kakiku berjalan otomatis ke kamar mandi. Setelah mandi, aku kemudian memeriksa pesan whatsapp yang belum sempat ku balas atau kubaca. Dari semua pesan yang ada, pesan terbanyak dimenangkan oleh "Happy Kiyowo Cs" yang kuberi pin.

Tono : Permisi bapack bapack hebat. Tono yang tampan ingin bertanya..

Didi  : Maaf saya manusia, bukan tas punggung

Faisal : Gak usah sok polos Di, dia bilang bapack bukan backpack. Btw,mau nanya apa Tono?

Tono : Kita bagi tugas yuk, biar cepat kelarnya.

Faisal : Gas. Aku bab 12.6.

Didi : Loh loh, aku tau kamu sesepuh, tapi pak Horas bilang bab 13 loh Faisal Raphael sahabat dekat Wiwin..

Tulus : Sedang menyimak obrolan sekumpulan pria malang. Saya bantu pantau saja ya mas @Alex Mario

Tono : Kamu gabung sama kelompok siapa Lus?

Didi : Jangan bilang kamu gabung sama Wiwin. @Alex Mario saya merasakan ada tikungan tajam setelah ini.

Tulus : Amit-amit lah boy. Aku di tampung Susan. Katanya dia lebih satu orang, jadi aku join deh.

Faisal : Kalau lebih kok kamu join lagi? Bukannya harusnya Susan buang kamu?

Tulus : Seharusnya memang begitu. Tapi apalah daya, Susan memilih diriku, huahahahaha.

           

Setelah membaca pesan itu, aku kemudian log in ke website kampus untuk melihat materi apa saja yang harus dipresentasikan. Ternyata pak Horas ingin kami mempresentasikan kembali bab 12. Aku kembali ke grup dan ingin melaporkan subbab yang akan aku kerjakan. Namun teman-temanku yang kadang jeniusnya di luar nalar membuat aku tidak bisa mengirim pesan ke grup dan secara sepihak mereka memutuskan bagian mana yang harus aku presentasikan. Hatiku yang tadinya sedikit jengkel kini semakin jengkel setelah melihat pembagian tugas yang sangat tidak adil menurutku. Mereka melimpahkan bab 13.2 dan 13.3 kepadaku. Karena kesal aku mematikan smartphoneku dan memilih untuk tidur serta melewatkan makan malam. Namun dalam tidurku aku tidak bisa menutup mata dengan tenang, aku selalu memikirkan nasibku jika aku kembali dipanggil di kelas madas di hari Rabu. Sehingga sekitar pukul 01.25 dini hari aku memutuskan untuk bangun dan mulai membuka buku kalkulus dan mencari materi-materi yang sama dari media lain seperti youtube.  Malam ini kuhabiskan waktuku untuk mempelajari materi yang sudah ditugaskan untukku bahkan aku juga membaca materi yang bukan bagianku. Aku memiliki tekad bahwa aku harus bisa di materi memahami semuanya sehingga bisa menjawab pertanyaan dari teman yang mungkin muncul saat aku presentasi nanti.

Awalnya aku tidak mengerti apa yang dibahas pada materi yang ada di video youtube itu, namun aku mengingat sudah terlalu lama aku diam di zona nyamanku. Aku ingin berubah dan bangkit. Rasanya lelah juga berlomba dengan waktu pengumpulan. Aku kemudian mendorong diriku lebih keras agar tidak menyerah. Aku menatap soal matematika di hadapanku dengan tajam. Aku mengerjakannya berulang kali dan membandingkan penyelesaiannya dengan contoh. Tapi nihil, aku bingung apa yang salah. Aku merasakan tengkukku panas dan ku coba mengerjakannya lagi:

Memang sedikit memalukan, pada saat mengerjakan sebuah soal, aku tidak dapat menjawabnya dan rasa frustasi menyerangku. Setetes air mata berhasil mendarat ke pipiku, aku tidak peduli walaupun aku laki-laki aku tetap manusia, aku mengabaikan pandangan masyarakat yang menganggap laki-laki tidak boleh menangis. Setelah beberapa saat aku memberi waktu untuk berhenti, aku melihat sebuah video di instagram dengan background music yang unik. Aku tersenyum dan kembali melanjutkan soal yang tadi tak mampu kujawab. Aku membuka jendela dan melihat langit yang perlahan disinari oleh sang surya. 'Ah, indahnya ciptaan Tuhan. Terima kasih Tuhan atas kenikmatan yang masih bisa kurasakan hingga detik ini." ucapku dalam hati sambil menghirup udara pagi.

2 minggu kemudian

Tak terasa hari berlalu dengan begitu cepat, dan sekarang aku telah duduk di dalam kelas bersama teman-teman ku untuk menunggu pelajaran madas yang akan dimulai sekitar 7 menit lagi. Sambil menunggu kelas dimulai aku dan keempat temanku pun bercerita, "kira-kira yang akan maju hari ini siapa ya?" tanya Tono, "Aku berharap semoga yang dipanggil bukan aku melainkan Didi, hahaha." timpal Faisal. Didi pun hanya memukul lengan Faisal untuk membalas perkataan Faisal. Waktu yang dinanti pun tiba pak Horas telah masuk ke dalam kelas kami dan aku dapat melihat wajah teman-teman ku yang tiba tiba berubah ketika pak Horas masuk ke dalam kelas. "Selamat pagi anak-anak, seperti biasa sebelum kita memulai pelajaran kita, silahkan satu orang memimpin kita dalam doa," kata pak Horas. Ipen selaku orang paling alim diantara kami pun maju untuk memimpin doa.

Setelah berdoa kami pun kembali pada topik kami hari ini, "Baik anak- anak sekarang kita akan memulai presentasi kita, silahkan siapa yang ingin maju duluan?" 5 menit menunggu pak Horas pun kembali berkata, "Apa tidak ada yang mau maju, apa harus bapak panggil dulu? Saya tunggu 2 menit lagi dan bapak harap ada yang maju." Dalam hati aku ingin sekali maju namun ada keraguan "Kalau nanti aku salah bagaimana", namun dengan tekad yang bulat aku pun angkat tangan dan maju ke depan. "Selamat pagi semua, saya disini akan menjelaskan mengenai materi 13.2 dan 13.3."

"Soal pertama yang akan saya jelaskan adalah sebagai berikut:

soal 13.2 yang sudah Alex pahami
soal 13.2 yang sudah Alex pahami

lanjutan 13.2
lanjutan 13.2

soal 13.3
soal 13.3

lanjutan 13.3
lanjutan 13.3

lanjutan 13.3
lanjutan 13.3

hasil akhir soal materi 13.3
hasil akhir soal materi 13.3

Dari kedua soal yang baru saya jelaskan dapat kita lihat perbedaannya pada batas yang digunakan. Pada umumnya soal pada bab 13.2 menggunkan batasan integral dengan menggunakan angka saja. Sehingga kita bebas mengerjakan soalnya tanpa harus memperhatikan integral luar atau dalam karena hasil nya akan sama saja. Sedangkan untuk bab 13.3 batasan pada integralnya harus memperhatikan integral luar dan dalamnya, hal itu karena hasil akhir soal yang dikerjakan dengan integral luar dan integral dalam akan berbeda. Batasan integral pada bab 13.3 sudah diberi variasi dengan penambahan variabel. Itulah juga salah satu penyebab integral dalam dan luar harus diperhatikan."

"Baiklah teman-teman sekian yang dapat saya sampaikan, jika ada teman yang ingin bertanya atau ingin mengoreksi soal saya, saya persilahkan waktuya." tambahku ketika sudah selesai menjelaskan materi "Semoga tidak ada yang bertanya." batinku. Beberapa saat menunggu tidak ada yang ingin bertanya, pak Horas pun mengambil alih kelas, "Baiklah anak-anak apa memang tidak ada yang ingin bertanya?" "Tidak ada pak." jawab teman-temanku serentak. "Baik bapak rasa penjelasan dari Alex sudah cukup baik semua sudah dijelaskan secara detail, dan untukmu Alex, bapak senang dengan keaktifan mu pada hari ini. Bapak harap hal ini tidak untuk hari ini saja, namun kamu tingkatkan untuk kedepannya." nasehat pak Horas Padaku. "Baik pak, terima kasih banyak pak." jawab ku dan aku kembali ke tempat dudukku dengan senyuman terpancar jelas di wajahku. Sesampainya di tempat duduk teman-teman ku langsung berbisik padaku, "Wah ada yang sudah ambis madas nih, aku mau diajari dong, katanya sih mau turu tau-taunya udah siap jadi asdos nih.", dan masih banyak lagi yang teman-temanku katakan padaku dan aku hanya menanggapinya dengan tersenyum masih terpasang di wajahku. Pelajaran pun berlanjut dengan teman-teman ku dari kelompok lain yang dipanggil satu persatu untuk presentasi.

Tidak terasa hari sudah malam, semua kegiatan hari ini kujalani dengan penuh semangat, mungkin karena pagiku diawali dengan suatu hal kecil namun berdampak besar padaku. Dalam dinginnya malam aku mengistirahatkan tubuhku pada kasur kesayanganku. Aku pun kembali memikirkan kejadian ketika kelas madas tadi, ternyata jika aku berusaha aku bisa melakukannya, selama ini aku sadar aku hanya menumpuk tugasku saja, saat membuka buku kalkulus dan melihat angka yang banyak x dan y yang selalu ingin dicari membuatku ingin muntah dan mendorong aku untuk segera menutup buku tanpa berusaha mempelajarinya. Tapi kemalasanku ini tidak akan berlanjut aku akan menyudahi nya sekarang, mulai sekarang aku akan belajar lebih giat lagi agar dapat mendapatkan nilai yang memuaskan, aku berjanji pada diriku sendiri dan aku akan membuktikannya.

Dan siapa sangka, semenjak hari itu nama Uun terdengar hanya sesekali, kini member Kiyowo Cs menyebutku Konsonan Langit, karena kebiasaan baruku yang spontan mengucapkan bait itu setelah menyelesaikan tugas atau memahami sesuatu. Tentu kalian tahu apa yang kumaksud bukan? Yup, betul aku terinspirasi dari background music instagram yang kemarin ku dengar. Konsonan langit yang akan menjadi sebuah takdir cinta kita, menjadi hamparan bahwa saksi ini detik ini secara sinaran ultra feng yang mulai dinaungi oleh green day, akan menjadi cranberries cinta kita menjadi nyata. Aku sudah mempersembahkan terjun dari helikopter untuk kamu sayang.~ Hahaha...

                                                                                                              SELESAI

penulis:

Paula Sembiring

Elgrini Togatorop

Christin Lumbantobing

Kristy Panggabean

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun