Kelas pertama pun dimulai. Pak Horas dosen madas kami pun masuk ke dalam kelas dan menyapa kami. Beliau tersenyum dan menatap kami dengan tatapan bersahabat namun tetap berwibawa. Beliau pun mengawali kelas dengan berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing mahasiswa. Samar-samar doa Didi terdengar olehku, laki-laki yang gemar menjahili temannya itu meminta agar dia tidak dipanggil untuk mempresentasikan tugas yang sebelumya sudah diberikan pak Horas kepada kami.
"Baiklah kita mulai kelas kita, ada yang ingin pertama mempresentasikan soal yang sudah kalian buat?" ucap pak Horas. Semua mahasiswa di kelas menunduk sambil berharap bukan dirinya yang dipanggil untuk maju pertama kali. Setelah 3 menit menunggu akhirnya pak Horas kembali berucap "Alex silahkan presentasikan soal yang kamu buat"." Ternyata kode alam yang kurasakan tadi pagi adalah kejadian yang kualami saat ini. Jantung ini seakan melompat ketika namaku dipanggil menjadi orang pertama mempresentasikan soal ini.
"Duhh kenapa aku sih duluan?" Bisikku kepada orang di sebelahku.
"Maju saja lah, kamu pasti bisa" ucap dia dengan tersenyum melihat ku.
Dengan hati yang pasrah aku berjalan menuju papan tulis dan mencoba untuk mempresentasikan soal yang semalam sudah kucoba untuk aku kerjakan.
Dengan jantung yang berdetak kencang, dan tangan yang mulai dingin ku mulai menjelaskan materi integral berulang yang sudah kupersiapkan sebelumnya.
Awalnya aku berdiri di hadapan semua teman sekelasku, aku melihat wajah-wajah yang sudah 2 semester ini menjadi partner ku untuk menimba ilmu. Namun dari semua wajah itu, aku melihat Faisal, Didi, Tulus dan Tono menahan senyum dan tawanya karena ekspresiku yang menahan seteru dalam otak dan hatiku. Dipertengahan materi yang kubaca, tiba-tiba pak Horas angkat suara. Beliau bertanya kepada teman-temanku mengenai materi tersebut. Dengan tatapan memelas aku memandangi mereka agar tidak bertanya. Namun dari bangku paling depan seorang gadis dengan kulit sawo matang mengangkat tangan. "Astaga Tuhan, mengapa anak ini kau berikan suplemen kepo lebih banyak dari manusia yang lain?" ucapku dalam hati. Dia mulai bertanya mengapa hasil akhir dari soalku menghasilkan nilai yang berbeda dengan apa yang dikerjakannya. Pak Horas hanya menatapku tanda untuk aku menjawab pertanyaan Wiwin si gadis yang bertanya. Langit di atasku terasa seperti runtuh menimpa diriku.
"Ehmm, itu..Mungkin ada salah perhitungan antara yang saya kerjakan dengan teman Wiwin kerjakan."
"Ouh iyakah teman? Tapi saya sudah menghitungnya beberapa kali, dan hasil dari integral yang saya kerjakan berbeda dengan teman kerjakan."
"Ya mana saya tau, kan yang kerjakan soalmu dirimu sendiri kali Win, kok nanya salah pengerjaannya yang mana ke aku..." ucapku dalam hati
"Tapi Win, soal yang saya kerjakan ini sesuai dengan langkah pengerjaan di buku."