Mohon tunggu...
Elga Pingka Anjani
Elga Pingka Anjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/UIN Sunan Kalijaga

Saya seorang mahasiswa si UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Niklas Luhmann: Teori Sistem beserta Contohnya dalam Sistem Pendidikan

11 November 2022   22:42 Diperbarui: 11 November 2022   22:55 5664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Niklas Luhmann

Niklas Luhman merupakan seorang sosiolog kelahiran Jerman lebih tepatnya di Luneburg pada 8 Desember 1927. Latar belakang pendidikan Luhmann adalah hukum. Ia kuliah hukum di Universitas Freiburg. 

Pada saat menjalankan studi hukumnya, ia berfokus pada sejarah hukum Roman. Luhmann tidak terlalu mendalami bidang hukum pada jangka waktu yang lama. Pada tahun 1949 ia menerima gelar sarjananya dari hasil studinya di Universitas Freiburg. Setelah menyelesaikan studinya, kemudian Luhmann berkarir pada bidang politik.

Pada tahun 1960-an, Luhmann melanjutkan studinya di Harvard University. Saat menjalani studinya di Harvard University, ia bertemu dengan tokoh sosiologi yang populer yaitu Talcott Parsons dan Jurgen Habernass. 

Hal inilah yang menjadi titik awal Luhmann mengenal teori sistem sosial milik Parsons. Dalam perjalannya Luhmann dimentori oleh Parsons dalam merumuskan teori sistem. Setelah ia menyelesaikan studinya di Harvard University, Luhmann memutuskan menjadi seorang akademisi.

Niklas Luhmann merumuskan teori sistem yang menjelaskan mengenai sebuah susunan dan keteraturan sosial. Teori milik Luhmann ini merupakan perkembangan dari teori yang sudah ada sebelumnya, milik Talcott Parsons. 

Teori sistem milik Parsons tidak dapat menjawab permasalahan konflik dan perubahan sosial. Pada realitas sosial yang terjadi, walaupun terjadi sebuah konflik sistem sosial tetap hadir dan fungsi-fungsi yang ada dalam struktur sosial tetap berjalan. Inilah awal mula teori sistem milik Niklas Luhmann dirumuskan.

Penulis mengetahui teori ini dari buku yang berjudul "Teori Sosiologi Modern" karya George Ritzer dan Douglas J. Goodman dan sumber lainnya. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa kunci memahami teori sistem adalah pemisahan antara sistem dengan lingkunganya. 

Perbedaan antara keduanya disebut dengan diferensiasi. Perbedaan tersebut merupakan masalah kompleksitas. Sistem bersifat kurang kompleks dibandingkan dengan lingkungannya. 

Walaupun sistem tidak sekompleksitas seperti lingkungannya, sistem akan mengembangkan subsistem baru dan membangun berbagai relasi antar-subsistem. Hal ini bertujuan demi terwujudnya hubungan yang efektif dengan lingkungannya. Jika tidak terjalin hubungan yang baik antara sistem dengan lingkungannya, maka sistem tersebut akan tergusur oleh kompleksitas lingkungan itu sendiri.

Luhmann berpendapat bahwa pembentukan sistem sosial bukan karena adanya kesepakatan bersama diantara para individunya, namun justru karena adanya perbedaan. Dalam hal ini diferensiasi menjadi kunci bahwa sebuah sistem bisa terbentuk. 

Dalam lingkungan masyarakat terdapat banyak kompleksitas yang kemudian akan di seleksi lalu di reduksi dan pada akhirnya terjadi diferensiasi antara lingkungan dan sistem. Teori sistem merupakan sebuah proses diferensiasi dengan kompleksitas kehidupan sosial menjadi sebuah sistem tersendiri. Teori sistem dari Luhmann ini bersifat menghidupi dirinya sendiri dan bersifat dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan itu berlangsung.

Autopoiesis

Niklas Luhmann mengatakan bahwa sistem sosial bersifat autopoiesis, artinya sistem dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal ini berarti jika terjadi sebuah konflik atau perubahan dalam sistem sosial yang menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi, maka sistem sosial akan menciptakan atau menggantikan fungsi-fungsi tersebut dengan sendirinya. Oleh karena itu sistem sosial yang digagas oleh Luhmann tetap berjalan dengan baik.

Autopoiesis tidak berarti bahwa sistem bersifat tertutup dari lingkungan di luarnya. Hal ini disebabkan karena sistem merupakan hasil reduksi dari kompleksitas, yang dimaksud kompleks tersebut merujuk pada lingkungan di luar sistem, dengan begitu akan selalu terjadi interaksi antara sistem dengan lingkungannya. Oleh karena itu, sistem akan selalu terbuka terhadap lingkungan di luarnya (karena adanya interaksi) dan tertutup (karena mengatur diri sendiri) pada saat yang bersamaan.

Kontigensi Ganda

Sistem menciptakan dirinya sendiri dengan cara mendiferensiasikan diri dari lingkungannya melalui reduksi kompleksitas. Suatu sistem yang bersifat autopoiesis yang menyebabkan kemungkinan adanya kontigensi. Kontigensi merupakan keadaan di mana masih diliputi ketidakpastian dan berada diluar jangkauan. 

Secara sederhananya merupakan keadaan yang segera  akan terjadi, tetapi juga mungkin tidak akan terjadi. Kontigensi ganda mengarah pada fakta bahwa setiap komunikasi harus mempertimbangkan cara agar komunikasi itu diterima. Tetapi, kita juga tau bahwa cara ia diterima akan bergantung dengan estimasi penerima terhadap kominikator. Ekspetasi orang lain dalam berkomunikasi dapat dilihat dari latar belakangnya seperti jenis kelamin, etnis, usia, pakaian dan lain sebagainya.

Artinya dalam sistem sosial terdapat dua kontigensi (kontigensi ganda). Kontigensi yang dimiliki diri sendiri dan orang lain. Kontigensi ganda ini menyebabkan keinginan diri sendiri dan orang lain menemukan konsensus, dan menggiring pada proses komunikasi. Karena beragam keinginan (ego) dalam sebuah sistem menyebabkan kontigensi, maka akan menggiring pada instabilitas. Instabilitas inilah yang memungkinkan sistem untuk selalu mengorganisasikan dirinya sendiri (autopoiesis)

Contohnya dalam bidang pendidikan

Pada awal tahun 2020 terjadi pandemi di Indonesia yang disebabkan oleh virus corona. Berbagai aktivitas yang biasanya dikerjakan diluar rumah terpaksa harus dilakukan dirumah. 

Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Pemerintah pun menerapkan kebijakan baru berupa sistem lockdown untuk meminimalisir tingkat penyebarannya virus corona ini. Pemerintah dengan tanggap mengambil sistem ini karena ingin menggantikan sistem yang lama, berbagai aktivitas kehidupan masyarakat yang dilakukan diluar rumah, dengan sistem yang baru yaitu mengerjakan sesuatu dari rumah. Hal ini harus dilakukan demi tetap berjalannya aktivitas sehari-hari, baik sistem pendidikan, ekonomi, keagamaan dan sebagainya.

Pada sistem pendidikan, yang semula berbagai aktivitas pendidikan dilakukan diluar rumah terpaksa harus dilakukan dari rumah. Sistem belajar-mengajar yang biasa dilakukan dalam ruang kelas, kini digantikan dengan pertemuan virtual melalui zoom, google meet dan berbagai platform pendidikan lainnya. 

Dalam proses belajarnya, siswa dan mahasiswa yang biasa mencari referensi untuk mengerjakan tugas dan menambah wawasan dari perpustakaan, kini digantikan dengan mencarinya di internet. E-book, E-journal dan lainnya dapat diakses secara online tanpa batasan ruang dan waktu. Dengan demikian sistem pendidikan dapat tetap berjalan walaupun dalam lingkungan terjadi sebuah permasalahan.

Referensi

Douglas J. Goodman, G. R. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hardiman, F. Budi (2008). Teori Sistem Niklas Luhmann. Jurnal Filsafat Driyarkara Tahun XXIX No. 3/2008. Jakarta: Senat Mahasiswa STF Driyarkara.

Sitorus, Fitzgerald K. (2008). Masyarakat Sebagai Sistem-sistem Autopoiesis: Tentang Teori Sistem Niklas Luhmann. Jurnal Filsafat Driyarkara Tahun XXIX No. 3/2008. Jakarta: Senat Mahasiswa STF Driyarkara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun