Mohon tunggu...
Elga Lutfiana Wanti
Elga Lutfiana Wanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Puisi, Review, Cerpen dan Konten lainnya

Perempuan yang selalu dalam naungan

Selanjutnya

Tutup

Horor Artikel Utama

Si Pemahat Nisan yang Sakti

12 April 2023   12:49 Diperbarui: 29 April 2023   21:34 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi batu nisan. Sumber: pexels/Vladimir Gladkov

Di suatu desa ada seorang pemahat nisan yang sangat terkenal, konon ia bisa memprediksi kematian seseorang. Ia akan memahat nama dan tanggal kematian seseorang. Lalu nisan tersebut ia taruh di ruang kerjanya. 

Setiap hari, ruang kerjanya selalu dipenuhi oleh orang yang penasaran "siapa yang akan mati?" "Kapan aku mati?" "Apakah kau tau kapan orang tuaku mati?". Namun si pemahat nisan tak bergeming, ia hanya terus bekerja tanpa menghiraukan orang-orang disekelilingnya. 

Jika tiba saatnya prediksi itu muncul, bertambah ramailah ruang kerja pemahat nisan itu. Si calon mati akan berkata "celakalah! Sebentar lagi aku akan mati, sedangkan aku  belum melakukan bla bla bla"

Si calon mati akan gelisah hingga hari yang tertulis di batu nisan tiba. Saat hari itu tiba, masyarakat akan datang berbondong-bondong kerumah si mati, kadang mayatnya mati tak wajar, kadang mayatnya mati dengan tenang.

Orang akan berkata, "ia mati tak wajar pasti karena dosa-dosanya!" Sampai suatu saat, si pemahat nisan kembali memprediksi kematian.

Kali ini batu nisannya dipajang di luar rumah pemahat nisan. Masyarakat gempar! Ada apakah gerangan sehingga si pemahat nisan meletakannya di luar?

Semua orang membicarakan si calon mati, ialah si buta. Mereka mengasihaninya karena sudah terlahir buta akan mati muda pula. Masyarakat memberikan penghiburan dan sesekali mengirimkan jamuan agar si buta tidak bersedih.

Namun, yang mengherankan dari si buta, ia sama sekali tidak gelisah bahkan menangis pun tidak. Masyarakat makin bersimpati, mereka mengira si buta telah berpasrah diri pada kematian. Masyarakat telah mempersiapkan pemakaman untuk si buta, karena ia tak memiliki keluarga lagi.

Hari yang tertulis di batu nisan telah tiba, masyarakat berdatangan ke rumah si buta. Namun ditengah perjalanan, ada pemuda yang berteriak histeris. "Si pemahat nisan mati! Si pemahat nisan mati!"

Masyarakat pun segera berbalik arah dan menuju rumah si pemahat nisan, setibanya di sana, masyarakat melihat si pemahat nisan telah terbujur kaku di meja kerjanya. Ia tengah memahat batu nisannya sendiri, namun belum usai.

"Kita telah kehilangan orang sakti!" Teriak salah seorang perempuan tua. Mereka pun segera menyiapkan pemakaman untuk si pemahat nisan. "Pergilah ke rumah si buta! Jemput mayatnya! Agar bisa di kuburkan segera!" Perintah tetua desa pada sekelompok pemuda.

Para pemuda bergegas ke rumah si buta, namun alangkah terkejutnya melihat si buta sedang duduk santai sambil menyantap makan siang. 

"Apa yang terjadi! Seharusnya kau sudah mati!" teriak salah seorang pemuda dengan gusar.

Si Buta menjawab dengan santai, "sudah 'kukatakan pada kalian, aku takkan mati hari ini. Aku berhasil mengelabui dewa kematian"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun