Menyimak artikel-artikel kedua sosok hebat ini, saya (juga pembaca lain), layaknya seorang siswa yang diberi bimbingan oleh guru panutannya. Segala peristiwa kehidupan yang dihadapi, yang kemudian tumbuh menjadi pengalaman paling berharga, yang tak segan dibagikan dan dialirkan bak air yang menyejukkan.
Sebagai contoh, pada salah satu artikel Pak Tjip bercerita bahwa beliau menikahi Ibu Roselina di usia yang masih sangat muda, yakni 22 tahun. Usia yang menurut sebagian orang dianggap masih rentan. Namun demikian, bagi Pak Tjip dan Ibu Roselina menikah muda sudah menjadi pilihan dan tidak perlu dipermasalahkan. Sebab beliau berdua sangat yakin bahwa niat dan iktikad baik akan berbuah baik pula.
Kompasianer dengan Pribadi Humble dan Ramah
Di Kompasiana baik Pak Tjip maupun Ibu Roselina dikenal sebagai sosok yang humble dan ramah. Sosok yang tidak segan singgah ke lapak kompasianer lain dan bertegur sapa terlebih dulu. Tidak peduli apakah yang disinggahi itu adalah kompasianer lama atau baru.
Hal inilah pada akhirnya menjadi panutan sekaligus jeweran bagi penulis lain - termasuk saya - yang kadang bablas begitu saja usai menayangkan sebuah artikel.
Diamond Wedding Anniversary dan Cinta yang Tak Pernah Usai
Pada tanggal 2 Januari 2025 mendatang, pernikahan Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina genap berusia 60 tahun. Ini sungguh sangat luar biasa! Betapa tidak. Untuk sampai di fase Diamond Wedding Anniversary ini tentu bukan sesuatu yang mudah. Juga tidak semua orang diberi kepercayaan serta kesempatan untuk bisa melampauinya dengan baik dan sempurna.
Tidak terbayangkan di dalam benak saya, dalam kurun waktu selama itu sudah berapa banyak pahit manis kehidupan yang telah beliau berdua reguk? Sudah berapa kali mengalami peristiwa jatuh bangun, terpuruk, lalu berusaha bangkit lagi? Pasti tidak terhitung!
Dan, jika pada kenyataannya hingga hari ini Pak Tjip dan Ibu Roselina masih saling erat bergenggam tangan, menikmati hari tua dengan penuh sukacita bersama anak cucu dan cicit, bahagia bisa berbagi cerita di Kompasiana, tentu ada penyebabnya.Â
Cinta.Â
Ya. Semua karena Cinta.
Seperti motto beliau berdua dalam menjalani hidup. The most important thing in life is to love and be loved.
Never Enough!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!