Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Emak

9 Agustus 2024   04:52 Diperbarui: 9 Agustus 2024   10:41 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dan satu lagi. Setiap istri yang tersenyum manis di hadapan suaminya, maka Allah akan memperhatikannya dengan penuh rahmat."

Sampai di sini aku tercenung. Aku mulai paham apa yang selama ini tersimpan di dalam pikiran dan hati Emakku. Kiranya perempuan itu selalu ingin dekat dengan junjungannya. Dengan menjalankan amalan-amalan yang tercermin dari kehidupan Rasulullah SAW dan keluarganya.

***

Emak bagiku bukan sekadar sosok Ibu. Emak juga seorang guru. Guru pertama yang mengajarkan kepadaku tentang nilai kebaikan-kebaikan. Tidak hanya sikapnya yang penyabar dan penuh kasih sayang, Emak juga seorang perempuan yang pantang mengeluh.

Pernah suatu hari tanpa sepengetahuanku ia mencucikan pakaianku yang menumpuk di pojok kamar mandi. Tentu saja hal tersebut membuat perasaanku tidak nyaman. "Mak, besok-besok kalau melihat cucianku menumpuk, tidak usah dicandak. Biar aku cuci sendiri," ujarku merasa sangat bersalah. Dan seperti biasa, Emak menanggapi kata-kataku dengan tersenyum.

"Pernahkah kau mendengar kisah indah bagaimana Rasulullah menasihati putri kesayangannya Fatimah Az-Zahra?" Emak menyentuh pundakku. Aku menggeleng. Emak lalu mengajakku duduk. Dan, mulailah ia bercerita.

"Suatu hari Rasulullah bertandang ke rumah Fatimah. Ketika itu Fatimah sedang menggiling tepung sambil menangis. Tentu saja Rasulullah terkejut. Beliau segera menanyakan perihal apa yang membuat putrinya sedemikian sedih. Fatimah menjawab, bahwa ia merasa amat lelah karena setiap hari harus menggiling tepung menggunakan tangan. Belum lagi mengurus rumah tangga sendirian tanpa seorang budak. Dalam isak tangisnya Fatimah meminta agar Ayahandanya membantunya mempermudah cara kerja alat penggiling. Fatimah tahu, Ayahandanya mampu memerintahkan apa saja untuk bergerak sendiri atas seizin Allah. Ia juga meminta kepada Rasulullah agar bicara dengan suaminya, Ali, untuk mencarikannya seorang budak.

Menanggapi keluhan putrinya, Rasulullah tersenyum. Beliau segera mengajak Fatimah menepi. Duduk berdua di sebuah bangku. Lalu mengelus pundak anak semata wayangnya dan menasihati dengan penuh kasih sayang.

Wahai, anakku, sesungguhnya engkau menyegerakan kepahitan dunia untuk kemanisan akhirat. Dengarlah, Fatimah. Setiap istri yang berkeringat di sisi alat penggilingan karena bekerja keras membuatkan bahan makanan untuk suaminya, maka Allah memisahkan dirinya dari api neraka sejauh tujuh hasta. Dan, setiap istri yang meminyaki rambut anak-anaknya, menyisirkan rambut mereka, serta mencucikan baju mereka, maka Allah mencatat pahala seperti pahala orang yang memberi makan kepada seribu fakir yang kelaparan dan pahala orang yang memberi pakaian kepada seribu fakir yang telanjang."

Aku terpana. Sedemikian banyak ladang ibadah yang menjanjikan kemuliaan bagi seorang perempuan yang sudah menikah. Bahkan tanpa harus keluar rumah pun, pahala besar sudah bisa dipetik asal dikerjakan dengan hati yang tulus dan ikhlas.

Sungguh. Selain merasa takjub dengan nasihat Rasulullah untuk putri kesayangannya Fatimah, aku juga merasa bangga terhadap diri Emak. Sebegitu dalam pengetahuan yang dimiliki oleh perempuan sederhana yang telah melahirkanku itu. Mengingat Emakku hanyalah seorang perempuan desa yang pendidikannya tidak terlalu tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun