Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Wajah Baru Liana

19 Juli 2024   06:39 Diperbarui: 19 Juli 2024   14:46 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: https://fibikroo.com

"Bagian mana lagi yang ingin diubah, Nyonya?" Dokter Liem bertanya tanpa menatap wajah perempuan yang duduk gelisah di hadapannya itu.

"Mungkin---bagian dagu, Dokter. Saya kira dengan dagu agak runcing saya akan terlihat lebih menarik."

Dokter Liem tidak menyahut. Hanya mengangguk kecil sebelum memberi tanda kepada asistennya untuk segera mengecek wajah pasien berkerudung biru gelap itu secara teliti melalui komputer.

"Seperti sebelumnya, Anda akan menjalani prosedur pra operasi. Jika memenuhi syarat, kami akan segera mengabari Anda." Asisten Dokter Liem menjelaskan seraya merapikan alat-alat medis. Liana mengangguk dan perlahan turun dari bed pemeriksaan.

Meski bukan kali pertama melakukan operasi perbaikan wajah, Liana tetap saja merasa gugup. Gugup bercampur cemas. Akan secantik dan semenarik apakah nanti wajahnya yang sudah berkali-kali menjalani operasi plastik ini?  

***

Pintu pagar masih terkunci rapat ketika Liana sampai di rumah besar bergaya klasik kolonial itu. Dan seperti biasa, Liana tidak berusaha memencet bel atau bertindak apa pun untuk memanggil penghuninya. Liana hanya berdiri mematung dengan tatapan kosong dan dada bergemuruh.

Rumah besar ini, pernah menjadi istana terindah yang kutempati. Aku pernah menjadi ratu di dalamnya. 

Suara klakson membuatnya terkejut dan minggir ke samping beberapa depa, memberi kesempatan sebuah mobil mendekati pintu pagar. Sejenak matanya mengerling, mengamati orang-orang yang duduk di dalam mobil yang mesinnya masih menggerung dari balik jendela yang dibiarkan terbuka.

Sontak ia menggigit bibir.

Frans. Laki-laki gagah itu masih duduk di sana, di belakang kemudi. Tapi kali ini tidak ditemani oleh seorang perempuan berwajah polos dan culun. Ada perempuan cantik dengan penampilan modis dan elegan duduk anggun di sebelahnya.

"Friska. Kau akhirnya berhasil memenangkan pertarungan ini." Liana bergumam pelan.

Pintu pagar terbuka secara otomatis. Dengan tatap masih kosong Liana menyaksikan sedan merah marun itu meluncur memasuki halaman rumah. Pintu pagar pun bergeser, kembali tertutup seperti semula.

Liana tertunduk lesu. Sebenarnya kalau mau bisa saja ia masuk ke dalam rumah besar itu dengan cara ekstrem, menerobos langsung besi-besi penghalangnya.

Tapi tidak. Kali ini Liana tidak ingin melakukannya.

***

Beberapa minggu kemudian.

Malam itu di depan cermin Liana mematut diri sembari tersenyum puas. Penampilannya kini jauh lebih sempurna dibanding beberapa bulan lalu. Ia terbatuk sedikit. Mengenang saat-saat yang telah dilalui dengan sangat berat, terutama usai peristiwa tragis itu, yang membuat wajahnya hancur dan rusak parah.

Ia kini bisa menarik napas lega. Hidung pesek dengan tulang ringsek itu telah diperbaiki oleh Dokter Liem. Hidungnya menjadi mancung---bahkan terlalu mancung untuk ukuran orang Asia. Jidatnya yang lebar diciutkan. Juga bagian pipi yang robek di sana-sini terkena pecahan kaca, kini terlihat mulus kembali. Terakhir, dagu yang bantat itu telah diubah menjadi lebih runcing dan melengkung seperti sarang lebah. Dan itu, membuat senyumnya mengembang semakin lebar.

Sempurna sudah penampilanku. Demikian ia membatin.

Setelah meraih mantel hitam yang tersampir pada sandaran kursi, ia memutuskan keluar rumah. Udara di luar sangat dingin dan berkabut. Saat yang tepat untuk berkunjung ke rumah bergaya klasik kolonial itu.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk bisa sampai di rumah besar itu. Liana berhenti sejenak di depan pintu pagar yang kali ini sepertinya tidak terkunci. Telinganya mendengar suara musik mengalun dan beberapa orang riang tertawa-tawa dari dalam sana.

Liana mengintip dari balik jeruji pagar. Ada perhelatan pesta rupanya. Tapi pesta dalam rangka apa? Agak gontai ia mendorong pintu pagar. Sesaat dadanya berdesir. Entah mengapa setiap kali melangkahkan kaki di halaman rumah ini, seluruh tubuhnya seolah kehilangan kekuatan.

Musik masih mengalun lembut. Beberapa pasangan saling berpeluk pinggang, mulai turun ke lantai ballroom, yang pintu dan jendelanya dibiarkan terbuka.

Liana hampir saja sampai di ruangan itu. Tapi seorang tamu perempuan, yang tidak ikut berdansa melihat kehadirannya. Tamu itu sontak menjerit histeris. Suaranya menggema ke seluruh ruangan. Dan, suasana pesta yang semula tenang mendadak berubah kacau balau. Semua menoleh ke arah Liana yang berdiri mematung dengan mantel berkibar-kibar tertiup angin.

Liana tertegun. Apa gerangan yang membuat orang-orang itu tampak ketakutan melihat kehadirannya? Bukankah ia tampil sangat cantik, bahkan melebihi kecantikan Friska---kekasih baru Frans, suaminya?

"Rumah ini berhantu! Mari kita pergi!" Salah seorang tamu berseru panik sembari menarik lengan pasangannya. Seruan itu diikuti oleh tamu-tamu lain. Mereka pontang-panting meninggalkan ballroom.

Hanya seorang tamu yang tersisa.

Dokter Liem.

Dokter itu menghampiri Liana. Lalu dengan lembut tangannya terulur, menyentuh pundak perempuan itu.

"Anda harus percaya nasihat saya sekarang, Nyonya. Secantik apa pun sosok hantu menjalani operasi plastik, tetap saja membuat orang yang melihatnya ketakutan."

Kali ini Liana mengangguk. Lalu tanpa berkata-kata ia berbalik badan, berniat meninggalkan rumah kenangan yang pernah dihuninya itu dengan perasaan campur aduk.

Tapi sesaat kemudian langkahnya terhenti. Ia kembali berbalik badan, menatap Dokter Liem dengan senyum paling manis.

"Dokter, boleh saya menyampaikan sesuatu?"

"Silakan."

"Sepertinya, saya mulai tertarik kepada Anda."

***

Malang, 19 Juli 2014

Lilik Fatimah Azzahra

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun