Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Kisah yang Harus Usai

9 Januari 2024   07:14 Diperbarui: 9 Januari 2024   07:24 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dua puluh tahun Ningsih berkutat dengan kehidupannya sebagai ibu tunggal. Jatuh bangun membesarkan anak-anak tanpa pendamping. Semua dijalaninya. Dan, selama itu pula ia seolah menutup diri dari lingkungan luar. 

Kini kedua anaknya telah tumbuh dewasa, sudah punya pekerjaan mapan untuk menghidupi diri mereka sendiri. Ningsih tentu saja sangat bersyukur. Meski dia harus merelakan kedua anak kesayangannya itu tinggal di kota lain agar lebih dekat dengan pekerjaan mereka. 

Ningsih boleh bernapas lega. Tugasnya mengantar anak-anak sebagian besar sudah berhasil ditunaikannya. Perlahan-lahan ia mulai berani membuka hati. Hati yang selama ini ia biarkan dingin dan beku. Bak segumpal salju yang tersembunyi jauh di puncak gunung. 

Ya. Seseorang telah berhasil mencairkan gumpalan salju itu. Seorang yang ia kenal secara tidak sengaja. 

Ketika itu dirinya sedang berada di salah panti asuhan, bertemu bocah-bocah yang kerap dikunjunginya. Di sanalah pertama kali ia melihat laki-laki itu. Laki-laki bertubuh tegap yang sedang sibuk menurunkan barang-barang dari bagasi mobil. 

"Pak Wira datang!" Salah seorang bocah yang sedang duduk bersamanya berseru seraya menghambur ke luar ruangan. Diikuti oleh teman-temannya yang lain. 

Ustad Kholili selaku penanggungjawab panti asuhan, sontak menatap Ningsih. "Bu Ningsih harus berkenalan dengan beliau. Pak Wira ini salah satu donatur tetap di panti asuhan ini."

Ningsih mengangguk hormat. Ia ikut berdiri ketika Ustad Kholili menyambut tamu yang baru datang itu. 

"Assalamualaikum, Ustad. Senang bisa bertemu lagi." Pak Wira menjabat tangan Ustad Kholili. Lalu tatapannya beralih ke arah Ningsih yang mengangguk kecil.

"Waalaikum salam. Silakan duduk, Pak Wira. Oh, iya. Ini Bu Ningsih. Beliau sering bantu-bantu momong anak-anak di sini." Ustad Kholili membalas salam hangat Pak Wira. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun