Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Kisah yang Harus Usai

9 Januari 2024   07:14 Diperbarui: 9 Januari 2024   07:24 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: https://f15.beauty/pictures-of-people-in-love

Dan, semua pun mengalir bagai air. Perkenalan tidak sengaja itu pun berlanjut. Mereka---Ningsih dan Pak Wira saling bertukar nomor ponsel. Awalnya berdalih agar bisa bareng-bareng jikalau ingin bertemu anak-anak di panti asuhan. 

Jika di kemudian hari Pak Wira mengajaknya mampir ke kafe miliknya yang terletak di tengah kota, Ningsih tidak bisa menolak, ia pun manut-manut saja. 

Seperti senja itu. Di minggu ke sekian perkenalan mereka.

Hujan baru saja berhenti ketika keduanya duduk berhadapan menikmati dua cangkir kopi. Pak Wira yang humble sesekali menatap Ningsih yang terlihat sangat gugup. 

"Mbak Ningsih, aku panggil Mbak saja, ya. Sudah lama ya, bergabung dengan panti asuhan itu?" Pak Wira membuka percakapan. 

"Inggih, Pak. Cukup lama. Sekitar tiga tahun. Saya sengaja mengisi kesibukan dengan bertemu anak-anak."  Ningsih menjawab pelan. Pak Wira mengangguk. Sesaat kemudian ia berdiri. Mengambil alih nampan yang dibawa oleh seorang pramusaji. 

"Cemilan ringan. Dingin-dingin begini enak disantap bersama secangkir kopi." Pak Wira meletakkan nampan berisi sepiring pisang keju panggang yang masih panas. Tepat di hadapan Ningsih. 

"Terima kasih." Ningsih menganggukkan kepala seraya berusaha menyembunyikan perasaan aneh yang akhir-akhir ini sering muncul. Perasaan yang membuat jantungnya berdentum lebih kencang setiap kali bertemu sosok bernama Wira ini. 

Dan, perasaan itu kian membuncah ketika Pak Wira mengulurkan tangan lalu menggenggam erat jemari tangannya. Jiwa Ningsih serasa terbang. Tinggi. Jauh. Tak terkendali menembus awang-awang. 

***

Undangan reuni dibiarkannya tergeletak di atas meja rias. Ningsih masih ragu. Ia belum berani mengambil keputusan apakah akan hadir atau tidak pada acara kumpul bareng teman-teman alumni SMU-nya, sore ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun