***
Oh, ya. Aku bertemu Rin beberapa tahun silam di sebuah rumah sakit. Ketika itu aku baru saja mengalami kecelakaan tunggal.Â
Hari itu memang hari naas bagiku. Mobil yang kukendarai menuju kantor rodanya selip lalu menabrak pembatas jalan. Kondisinya rusak parah. Bersyukur jiwaku segera tertolong. Tapi kedua mataku terkena pecahan kaca dan oleh tim medis korneanya dinyatakan tidak berfungsi lagi.Â
Rin adalah suster yang setiap hari bertugas merawatku. Karena seringnya bertemu, kami menjadi akrab.Â
Dari suaranya aku tahu Rin gadis yang cantik dan baik hati. Aku bersyukur bisa mengenalnya. Hari-hari yang panjang di rumah sakit tidak lagi terasa membosankan. Terutama jika Rin muncul dan mengajakku berbincang-bincang.Â
"Kau sudah punya pacar belum, Rin?" Suatu hari aku iseng menggodanya.Â
"Kenapa bertanya begitu? Apa kau naksir aku?" Rin balik bertanya sembari menempelkan diaphragm di atas pergelangan tanganku.Â
"Ya. Sepertinya aku jatuh cinta padamu, Rin. Tidak apa-apa, kan?" Aku menjawab jujur. Rin tidak menyahut. Tapi aku tahu ia sedang menatapku diam-diam.Â
Terdengar langkah seseorang mendekati ranjang lalu bertanya pada Rin. "Bagaimana perkembangannya?"Â
"Semakin membaik, Dokter. Kecuali kedua matanya."
***