Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penulis Nakal dan "Plagiarism Detector"

16 Oktober 2023   12:26 Diperbarui: 16 Oktober 2023   17:09 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua hari lalu seorang teman mengajukan pertanyaan seperti ini kepada saya, "Sejauh ini, selama menulis di Kompasiana, apakah Mbak Lilik yakin Kompasiana sudah menggunakan alat pendeteksi plagiat atau plagiarism detector?" 

Sontak saya menjawab, "Ya, yakinlah! Sebagai blog besar, Kompasiana tentu sudah menerapkan alat itu. Bahkan mungkin alat yang digunakan super canggih. Sebab kalau tidak, Kompasiana akan sering kecolongan. Akan banyak artikel yang diunggah yang isinya ternyata hasil plagiasi."

Teman saya tampaknya belum puas. Dia bertanya lagi. Kali agak lebih spesifik. 

"Bagaimana dengan kanal fiksi? Apakah sudah aman dari plagiarisme?"

Saya terdiam sejenak. Lalu mencoba menjawab sebisa saya. 

"Menurutku, sih. Sejauh ini kanal fiksi aman-aman saja. Nyaris tidak terdengar pemilik akun di kanal fiksi terkena peringatan atau di-banned gara-gara melakukan pelanggaran plagiat."

Mendengar penuturan saya, teman saya, yang juga seorang pengamat literasi itu, tertawa renyah. 

"Aman bukan berarti bebas dari plagiat, bukan? Bisa saja ada penulis 'nakal' yang telah melakukan plagiasi tapi tidak terdeteksi oleh pihak Kompasiana."

Penulis 'Nakal' dan Godaan Plagiasi

Perbincangan singkat pun usai. Tapi pernyataan terakhir teman saya itu cukup membekas di benak saya. Soal kemungkinan adanya penulis 'nakal' yang menyusup di Kompasiana. Mengingat di luar sana banyak sekali ditemukan kasus plagiasi.

Tapi, ah, semoga saja tidak. Semoga para penulis fiksi, khususnya di Kompasiana, semuanya bersikap jujur. Mengunggah hanya karya sendiri. Setidaknya kalau mengambil karya orang lain, terjemahan misalnya, beri keterangan, cantumkan nama penulis aslinya atau asal muasal sumbernya. 

Lantas apa sih penyebab seorang penulis tergoda melakukan plagiasi? 

Ada banyak faktor. Di antaranya; karena ingin cepat terkenal secara instan, karena ingin dipandang sebagai penulis hebat tapi malas belajar, atau karena ingin mendapatkan sesuatu (baca keuntungan) dari hasil mencomot karya orang lain. 

Pengalaman Membongkar Karya Fiksi Plagiasi

Bicara soal ketidakjujuran dalam menulis fiksi, beberapa tahun silam saya dan sahabat saya, yang juga seorang penulis ternama di Kompasiana ini, pernah punya pengalaman tidak mengenakkan. 

Begini ceritanya. 

Kami mengadakan pelatihan menulis puisi untuk adik-adik di sebuah SMK. Ada sekitar 7 peserta yang mendaftar kala itu. 

Setelah 3 hari pelatihan, kami memberi tugas kepada para peserta. Setiap anak wajib menyerahkan 5 puisi per hari. Dikumpulkan dalam rentang waktu satu minggu. Dan, puisi-puisi itu akan dibukukan. 

Saya mendapat mandat menyeleksi puisi-puisi yang masuk lewat email. Alhasil, setiap malam saya harus berkutat membaca, meneliti, dan mengedit jikalau ada typo di sana sini.

Nah, di sinilah kasus plagiasi itu terjadi. 

Ketika menyeleksi karya puisi di hari kesekian, saya berkerut kening. Ada beberapa peserta yang menyetor puisi dengan judul dan isi yang sama persis. 

Karena merasa curiga saya segera menjapri sahabat saya. Saya minta dia membantu menyimak ulang puisi-puisi tersebut. Dan, taraaaaaa... Setelah dicek menggunakan alat pendeteksi plagiat, namanya Plagiarism Checker, fix puisi-puisi kembar itu hasil copas! 

Marahkah kami? 

Sangat. 

Tanpa babibu lagi, sahabat saya mengontak adik-adik yang telah berbuat curang itu. Menegur mereka habis-habisan. 

Selain menasihati bahwa plagiasi adalah perbuatan sangat memalukan bagi seorang penulis, kami juga mengingatkan bahaya mencopas karya orang lain. Apalagi sampai mengakui sebagai karya sendiri. Jika karya itu memiliki hak cipta, bisa runyam si plagiator karena harus berhadapan dengan masalah hukum. 

Saking marahnya, kami sempat akan membatalkan rencana membuat buku antologi puisi tersebut. 

Bersyukur adik-adik peserta bersikap gentle. Mereka minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan curang itu lagi. Mereka masih ingin lanjut belajar menulis, memiliki buku, yang tentunya hasil karya mereka sendiri. 

Karena seburuk apa pun karya kita, pembaca akan lebih respek dan menghargai ketimbang mencuri karya orang lain. 

Intinya, jika ingin menjadi seorang penulis yang baik---penulis apa saja, baik fiksi maupun non fiksi, tanamkanlah sejak dini pada diri sendiri nilai-nilai kejujuran.

Sebab, sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak akan percaya, bukan? 

Selamat menyongsong perhelatan akbar Kompasianival 2023. Selamat berkarya. Keep your honesty! 

***

Malang, 16 Oktober 2023
Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun