"Pasti diomeli nenekmu lagi, yaa..." Sebuah suara berat menegurnya. Samijan sontak menoleh ke arah kiri. Mencari suara tanpa rupa itu.
"Ya. Nenek bertahun-tahun mengatakan hal yang sama kepadaku. Aku bosan mendengarnya." Samijan bergumam pelan. Dia tahu, yang sedang mengajaknya bicara adalah hantu penghuni pohon beringin tua itu. Dan, dari hantu itulah ia mengetahui kehidupan makhluk tak kasat mata.
Salah satunya adalah, di dunia perhantuan tidak ada kewajiban untuk bersekolah.
Oh, ya. Hantu bersuara berat itu bernama Bakri. Ia sudah lama berteman dengan Samijan.
"Lalu apa rencanamu selanjutnya?" Hantu Bakri bertanya hati+hati.
"Rencanaku? Secepatnya menjadi hantu! "Samijan menjawab antusias.
"Untuk menjadi hantu sepertiku kau harus mati dulu. Jan. Oh, ya. Kuberi tahu. Aku dulu korban tabrak lari. Itulah sebab aku dipanggil Bak-ri."
"Wah, ide yang bagus sekali! Aku ingin mencobanya." Wajah Samijan berubah sumringah.
"Mencoba apa?" Hantu Bakri mengernyitkan alis
"Jadi korban tabrak lari. Sepertimu." Samijan tersenyum.Â
Hantu Bakri seketika terperangah.