Seberat apa pun rindu, meletakkannya engkau tiada akan mampu
Hutan Garangan
Ni Ayu membetulkan posisi tubuh Nyai Fatimah, menyelonjorkannya di atas rerumputan dengan hati-hati.
Meski tidak yakin akan kemampuannya, Ni Ayu tetap ingin mencoba menyelamatkan perempuan paruh baya itu. Sebisanya!
Tapi, apa yang harus ia lakukan?
Cemas bercampur bingung Ni Ayu kembali mengamati tubuh yang tergolek tak berdaya itu. Dan, ia terkejut bukan main. Wajah pasi Nyai Fatimah telah berubah menjadi biru keunguan.
Kiranya bumerang milik Pendekar Tua Aneh itu mengandung racun mematikan.
"Nyai, bertahanlah!" Ni Ayu berseru gugup. Apalagi saat mengetahui denyut nadi Nyai Fatimah kian melemah. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang lagi, ia harus segera melakukan sesuatu. Ya, sesuatu yang bisa membuat Nyai Fatimah sadar kembali.
Gegas ia mengambil posisi duduk bersila. Diletakkannya kedua tangan tepat di atas dada Nyai Fatimah. Matanya terpejam. Pikirannya terpusat pada satu titik.
Selanjutnya ia menghidu udara kuat-kuat. Lalu mengembuskan udara itu secara perlahan-lahan. Ia lakukan gerakan itu berulang-ulang sampai ia merasakan ada energi panas menjalari aliran darahnya.