Awalnya, seperti yang sudah saya sampaikan, saya sempat deg-degan saat hendak melepas kepergian si bungsu. Tapi setelah kakak-kakaknya menjelaskan panjang lebar, kekhawatiran saya perlahan luntur.
"Mama nggak usah khawatir. Pilihan Risma sudah tepat. Jepang memiliki fokus yang kuat terhadap dunia pendidikan." Demikian anak sulung meyakinkan saya.
"Tapi adikmu itu perempuan, di sana situasinya aman tidak?"
"Insya Allah aman, Ma. Jepang kan terkenal sebagai negara paling disiplin di dunia." Kakak keduanya menimpali.
"Trus akomodasinya nanti, piye?" Saya masih merasa was-was.
"Duh, Mama ini. Risma kan dapat beasiswa."
"Iya, Mama tahu. Tapi cukup tidak beasiswanya untuk bayar indekos, beli makanan, bayar ini itu. Apalagi di Jepang biaya hidup mahal."
"Insya Allah cukup, Ma. Beasiswa yang diberikan pemerintah Jepang sudah diperhitungkan secara cermat. Lagi pula aku kan sudah terbiasa hidup hemat." Si bungsu ikut meyakinkan saya.
Hasil Tidak Akan Mengkhianati Proses
"Ma, suatu hari nanti aku ingin melanjutkan kuliah di Jepang. Melihat sakura bermekaran. Juga menyaksikan hamparan salju yang indah."