Dan, semakin tidak tenang ketika Nyai Denik dan Sun berjalan menghampiri, menggandeng erat kedua tangannya.
***
Arum meringkuk di pojok ruangan sebuah rumah. Kain sarung yang menyelimuti sekujur tubuhnya tidak mampu mengurangi rasa dingin yang mendera. Rahangnya tak henti bergemelutuk.
Seorang laki-laki datang menghampiri, mengulurkan segelas teh panas ke arahnya.
Dengan gemetar Arum menerima gelas pemberian laki-laki itu. Bibirnya yang pucat menyeruput sedikit isinya, lalu terbatuk.
"Kalau masih kedinginan, kau boleh berbaring di atas amben itu," laki-laki itu berkata hati-hati. Arum mengangguk kecil.
"Terima kasih sudah menolongku. Kau datang tepat pada waktunya. Entah apa yang terjadi jika aku terus mengikuti prosesi ruwatan aneh itu. Mungkin aku dan bayi dalam perutku ini bisa mati kedinginan."
Laki-laki itu --- Ki Lurah Marwan, tidak berkomentar. Ia berjalan ke arah jendela, menutup daunnya yang berderak-derak tertiup angin.
***
Malang, 10 Juni 2022
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H