Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenali Demensia Sejak Dini dan Cari Tahu Cara Pencegahannya

20 November 2021   06:56 Diperbarui: 20 November 2021   16:16 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenis makanan yang mengandung kolin. Image by lifestyle.sindonewes.com


Suatu hari datang ke klinik seorang ibu berusia 65 tahun, mengeluh bagian punggung dan pinggulnya sakit. Ia diantar anak perempuannya. 

Saat hendak diperiksa dokter dan harus menyingkap pakaiannya, si ibu membisiki saya."Sus, maaf, aku lupa memakai daleman."

Mendengar itu saya mengangguk maklum seraya berkata, "Tidak apa-apa, Bu. Saya siapkan kain untuk menutupi, nggih."

Sementara anak perempuan si ibu yang semula duduk seketika gegas mendekat dan menegur ibunya begitu mengetahui apa yang terjadi.

"Gimana sih, ibu ini. Kok tidak pakai apa-apa...."

"Ya, piye maneh. Wong aku lupa." Si ibu menatap anaknya dengan pandang tak bersalah.

Dimensia dan Gejala yang Menyertainya

Melihat ciri-cirinya, si ibu dalam kisah di atas bisa dipastikan mengalami gejala demensia.

Demensia memang umum menghinggapi lansia kisaran 65 tahun ke atas. Meski tidak menutup kemungkinan bisa pula menyerang orang-orang berusia 40-an, bahkan anak-anak dan remaja.

Apa sih sebenarnya Demensia itu?

Demensia atau kepikunan adalah keadaan yang merujuk pada fungsi intelektual otak, yakni; penurunan memori, visuospasial (penglihatan), bahasa, dan emosional.

Demensia bisa dipicu oleh beberapa hal di antaranya: Alzheimer, demensia vaskular (gangguan pembuluh darah di otak), demensia akibat cedera kepala, infeksi otak, kekurangan zat nutrisi, keracunan, gangguan metabolisme, dan autoimun.

Demensia pada lansia umumnya dipengaruhi oleh kondisi di mana sel-sel otak tidak lagi berfungsi dengan baik akibat melemah atau mengalami kerusakan dalam jumlah cukup besar.

Faktor pemicu lainnya berkenaan dengan volume otak yang menyusut. 

Volume otak normal dan menyusut. Image by hidayatullah.com
Volume otak normal dan menyusut. Image by hidayatullah.com

Tahap-Tahap Dimensia yang Perlu Diwaspadai

Kabar buruknya demensia bisa menyerang siapa saja. Namun, kabar baiknya dimensia bisa dicegah.  Asal --- tahapan kemunduran fungsi kognitifnya dikenali sejak dini.

Nah, berikut tahapan-tahapan kemunduran fungsi kognitif yang perlu diwaspadai:

-Stadium Amnesia (lupa)
-Stadium Confuse (kacau)
-Stadium Demensia (pikun)

Stadium Amnesia

Stadium ini mengarah pada gangguan fungsi penyimpanan terhadap 'memori baru' atau pengenalan terhadap lingkungan baru.

Juga meliputi gangguan berbahasa. Seperti sulit mengungkapkan kata-kata, miskin kosa kata, bicara kosong, kecemasan berlebihan, dan mengalamj depresi.

Stadium amnesia ini bisa berlangsung 1-3 tahun.

Stadium Confuse

Confuse adalah kondisi di mana ingatan pasien mengalami gangguan berat, seperti: mengalami delusi (berpikir hal-hal yang belum tentu kebenarannya), mudah tersasar, mengomel tidak jelas, dan mengamuk.

Kondisi confuse ini berlangsung 2-10 tahun.

Stadium Demensia

Pada stadium demensia pada diri pasien selain mengalami penurunan fungsi daya pikir, juga timbul perilaku lain yang mengganggu seperti:

-Gangguan ekolalia (dorongan tidak terkendali menirukan perbuatan atau kata orang lain/latah)

-Skeptis atau curiga terus menerus terhadap orang lain bahkan terhadap pasangannya sendiri.

-Berhalusinasi.

-Berjalan hilir mudik di dalam rumah.

-Menangis tanpa sebab.

-Pergi tanpa tujuan.

Cara Mencegah Demensia

Mengingat otak merupakan organ terpenting yang berperan sebagai pusat daya pikir, maka merawatnya adalah sebuah keharusan.

Lantas bagaimana cara merawat otak agar tetap bugar dan terhindar dari demensia?

Mari kita perhatikan pernyataan medis berikut:

Otak membutuhkan seperlima dari total suplai oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh.

Oksigen adalah energi bagi otak untuk mengirimkan impuls elektrokimia di antara sel-selnya. Juga berfungsi menjaga neuron agar tetap stabil dalam menerima dan menanggapi sinyal-sinyal yang dikirimkan menuju otak.

Nah, jadi cara merawat otak ya dengan mencukupi suplai nutrisi dan oksigen yang dibutuhkannya.

Nutrisi otak didapat dari mana saja?

Otak mendapat nutrisi dari makanan sehat tanpa lemak yang kita konsumsi. Terutama makanan yang mengandung kolin seperti: hati sapi, daging ayam, telur, granula, kacang-kacangan, sayur brokoli, bayam, yogurt, dan susu.

Jenis makanan yang mengandung kolin. Image by lifestyle.sindonewes.com
Jenis makanan yang mengandung kolin. Image by lifestyle.sindonewes.com

Oh, ya. Kolin adalah senyawa Organik yang memiliki fungsi biologis di antaranya sebagai penyedia gugus metil (CH3). Kolin juga penyusun membran sel, dan neurotransmitter.

Tahukan apa itu neurotransmitter? Yup betul.  Neurotransmitter adalah penghubung antara otak dan jaringan saraf di seluruh tubuh. Juga berfungsi sebagai pengendali seluruh faal tubuh. 

Satu lagi. Mengonsumsi makanan atau suplemen mengandung Vitamin B12 juga disinyalir mampu menjaga kesehatan otak.

Selain nutrisi makanan, olahraga teratur dengan menjalani latihan-latihan vitalisasi seperti jalan pagi, senam pernapasan, menari, bermain catur, bersosialisasi, berdiskusi, menulis, berkarya di bidang seni lainnya secara visual, mampu memberi suplai  oksigen, menjaga kesehatan dan memberi stimulan pada kinerja otak.

Jogging untuk kebugaran otak. Image by istockphoto.com
Jogging untuk kebugaran otak. Image by istockphoto.com

Intinya untuk merawat otak agar tetap bugar dan tidak mengalami demensia atau kepikunan, seseorang harus selalu mengaktifkan otak. Jangan biarkan otak melemah karena malas atau tidak dilatih dengan baik.

Dukungan Keluarga Terhadap Lansia yang Terlanjur Mengalami Demensia

Menjalani masa tua dengan tenang dan bahagia tanpa gangguan demensia, tentu menjadi impian semua orang.

Tapi bagaimana jika demensia terlanjur menghinggapi orangtua kita, misalnya?

Begitu menyadari perilaku orangtua kita merujuk pada gejala demensia, langkah awal yang terbaik adalah membawanya periksa ke dokter.

Dokter biasanya akan merujuk pasien ke dokter spesialis (psikiater, neurolog, dan geriater) untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Langkah selanjutnya, jika orangtua memilih tinggal di rumah sendiri, beri ia kebebasan melakukan kegiatan atau hobi yang diinginkannya. Biarkan ia menjalani hari-harinya dengan riang dan bahagia.

Bagi lansia menjalani kegiatan atau hobi sesuai dengan yang diinginkan mampu memberi stimulan bagi otaknya untuk tetap aktif bekerja.

Jadi poinnya terletak pada: bagaimana anggota keluarga yang lebih muda (anak cucunya) memahami serta menaruh kepedulian terhadap orangtua penderita demensia.

Perlakuan sabar dan hangat dari keluarga sangat dibutuhkan karena mampu memberi ketenangan pada kondisi lahir maupun batin pasien yang mengalami demensia.

Image by 123rf.com
Image by 123rf.com

Menjadi tua itu pasti. Tapi menjadi pikun adalah pilihan. Jadi sekali lagi, merawat otak sejak dini adalah keharusan.

Selamat pagi. Salam semangat meraih sehat!

***
Malang, 20 November 2021
Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun