Empty Nest Syndrome atau sindrom sarang kosong adalah suatu keadaan di mana orangtua merasa kesepian dan dilanda kesedihan setelah anak-anaknya pergi meninggalkan rumah. Baik itu pergi untuk bekerja, menikah, atau melanjutkan sekolah.
Fenomena Empty Nest Syndrome sendiri lebih sering terjadi pada kaum ibu dibandingkan pada kaum ayah. Hal ini wajar karena ibu merupakan pihak yang memegang peran utama dalam pengasuhan anak-anak. Sehingga saat anak-anaknya pergi, ibulah yang paling merasa kehilangan.
Meski Empty Nest Syndrome bukanlah diagnosis klinis, namun jika tidak mendapat penanganan serius maka bisa menimbulkan depresi dan rasa cemas berkepanjangan.
Cara Jitu Mengusir Empty Nest Syndrome ala Saya
Seperti sudah dijabarkan di atas, bahwa Empty Nest Syndrome lebih banyak menyerang kaum ibu, dan itu fakta. Saya memastikan demikian karena beberapa kali saya pernah mengalaminya.
Kali pertama ketika anak sulung menikah lalu memutuskan hidup mandiri bersama suaminya. Berhari-hari saya merasa was-was, mencemaskan keadaannya yang sesungguhnya tidak perlu.
Kali kedua terjadi saat anak nomor dua mohon izin untuk menempati rumah baru bersama istrinya. Lagi, saya sempat dilanda rasa sedih. Mengingat kami terbiasa hidup bersama di dalam satu rumah.
Demikian juga ketika anak nomor tiga ujug-ujug pamit bekerja di ibu kota. Saya sempat tidak bisa tidur bermalam-malam usai melepas kepergiannya. Beragam kekhawatiran berkecamuk memenuhi dada saya.
Yang terakhir, saat mendengar kabar si bungsu mendapat beasiswa S2 di University Kanazawa, Jepang (alhamdulillah, awal bulan September 2021 kemarin dia sudah berangkat), saya kembali dirundung murung. Huft. Lengkap sudah kesendirian saya.
Sungguh. Saya sempat dilanda rasa bingung. Setelah tidak ada anak-anak yang diurus, hidup saya mau ngapain?