Ya, saya harus memberi tahu siapa sesungguhnya Bapak kandung Sukati.
Maka ketika malam bulan purnama sedang ndadari, saya bangunkan tidur lelap Sukati. Saya bimbing tangannya menuju halaman samping rumah, di mana saya menanam bunga sepatu tepat di bawah Pohon Beringin yang tumbuh rindang.
"Ibu ingin memberi tahu sesuatu padamu, Nduk. Duduklah di sampingku." Saya mulai membakar dupa di tangan kiri. Aroma nyegrak membuat Sukati terbatuk-batuk.
"Ibu, bolehkah aku menyampaikan sesuatu terlebih dulu?" Sukati menyela ragu.
"Katakan." Saya mengangguk pelan.
"Bu, aku --- hamil."
Sontak saya melempar dupa yang masih menyala, tepat ke wajah sosok hitam berbulu lebat yang berdiri gagah tak jauh dari rerimbun Pohon Beringin. Bibir saya menyumpah serapah.
Di langit, purnama mendadak menyala redup.
***
Malang, 21 Juni 2020
Lilik Fatimah Azzahra