"Lik, coba cek saturasi oksigennya!"
Selalu. Begitu dokter memerintah saya ketika seorang pasien datang berkunjung. Terlebih jika pasien tersebut usai menjalani test swab dan dinyatakan positif Covid-19 tapi si pasien mengaku tidak mengalami gejala penyerta alias OTG.
Asal tahu saja, yaa. Cek saturasi oksigen ini sangat penting. Karena merupakan jendela utama untuk mendeteksi seberapa mencukupi oksigen di dalam darah seseorang.Â
Sepintas lalu seorang OTG memang terlihat baik-baik saja. Atau ia tidak mengeluhkan apa pun selaik para pengidap Covid-19 pada umumnya, seperti; adanya batuk, demam, dan sesak napas .Â
Namun demikian jangan lantas menyepelekan keadaan seperti ini. Bisa jadi pasien tanpa gejala tersebut justru ia sedang mengalami Happy Hypoxia.
Apa Itu Happy Hypoxia?
Happy Hypoxia disebut juga Silent Hypoxia adalah sebuah kondisi ketika tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Kondisi ini biasa terjadi di jaringan dan sel yang kemudian dapat menimbulkan gejala atau keluhan klinis.Â
Nah, kondisi tersebut tentu sangat membingungkan para ahli medis karena dianggap bertentangan dengan biologi dasar seorang pengidap Covid-19 pada umumnya.
Happy Hypoxia lantas dianggap sebagai kondisi yang sangat berbahaya. Karena tanpa oksigen yang cukup faal tubuh seperti otak, ginjal, jantung, dan berbagai organ lainnya bisa mengalami kerusakan hanya dalam beberapa menit usai gejala Happy Hypoxia muncul.
Dampak fatalnya jika kadar oksigen dalam darah terus menurun berpotensi mengancam jiwa si pasien.
Kondisi Medis yang Rentan Happy Hypoxia
Eits, bukan hanya OTG saja yaa, yang bisa terserang Happy Hypoxia. Beberapa kondisi medis di bawah ini perlu juga diwaspadai.Â
-Pengidap penyakit paru-paru seperti bronchitis, PPOK, edema paru, emfisema, pneumonia, pneumothorax, hipertensi pulmonal dan kanker paru
-Seseorang dengan gangguan jantung, seperti: Â bradikardia, ventrikel fibrilasi, gagal jantung kongestif, atau penyakit jantung koroner
-AnemiaÂ
-Infeksi yang menyebabkan sepsis (radang akibat bahan kimia), keracunan sianida atau atau karbon monoksida
-Cedera yang menyebabkan perdarahan dalam jumlah yang berlebihan
-Penggunaan obat seperti fentanyl atau obat bius.
-Terjebak kebakaran, suhu dingin, tenggelam, atau akibat ketinggian
Sesuai standart kesehatan yang telah ditentukan, saturasi oksigen normal berada pada kisaran rentang 95-100% atau sekitar 75-100 mmHg. Ketika kadar oksigen di dalam darah berkurang hingga di bawah angka tersebut, perlu diwaspadai!
Gejala Kekurangan dan Fungsi Penting Oksigen di dalam Tubuh Manusia
Gejala umum kekurangan oksigen antara lain: merasa pusing, sesak napas, batuk, kebingungan, dan detak jantung meningkat drastis.
Pada tahap awal kekurangan oksigen organ tubuh yang lebih dulu mengalami penurunan fungsi adalah otak. Sebab sekitar 20 persen oksigen di dalam tubuh diambil oleh otak untuk pasokan bahan bakar kinerjanya. Tanpa adanya oksigen yang cukup, otak tidak akan mempu memetabolisme glukosa menjadi energi.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kehilangan oksigen selama 3 menit berakibat kerusakan pada sel-sel otak beserta neuronnya.
Nah, sekarang jadi tahu, kan, mengapa oksigen sangat dibutuhkan oleh sel dan organ tubuh kita? Yup. Karena oksigen menghasilkan energi. Dan, energi inilah yang membuat jantung terus berdenyut, paru-paru memompa udara, dan otak bekerja secara maksimal.
Seseorang yang terdeteksi mengalami Happy Hypoxia harus segera mendapat pertolongan dokter. Biasanya dokter akan memberikan terapi oksigen serta menangani penyakit atau kondisi yang menyebabkan penurunan kadar oksigen tersebut.
Pada penderita Happy Hypoxia yang masih mampu bernapas bisa ditangani dengan pemberian oksigen melalui selang atau masker oksigen.
Sedangkan pada penderita yang sudah mengalami penurunan kesadaran atau gangguan serius pernapasan, dokter akan memberikan oksigen melalui ventilator dan melakukan tindakan perawatan di ruang ICU.
Bernapas adalah satu-satunya cara oksigen masuk ke dalam tubuh kita. Saat bernapas terjadi sirkulasi atau pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara alami. Pertukaran ini terjadi di dalam paru-paru.Â
Lantas bagaimana cara menstabilkan dan meningkatkan kadar oksigen di dalam darah?Â
Yup. Betul sekali. Dengan rajin berlatih olah pernapasan!
Ada dua macam olah pernapasan yang bisa kita lakukan. Yakni pernapasan diafragma dan pernapasan Pursed-Lips Breathing.
Berikut simak cara-caranya, yaa.
1. Pernapasan Diafragma
-Posisi tubuh boleh duduk  atau berdiri dengan punggung tegak. Letakkan satu tangan di perut dan satu lagi di dada.
-Tarik napas melalui hidung selama dua detik hingga udara mengisi perut dan mengembang. Ingat, perut harus bergerak lebih banyak dibandingkan dada.
-Lalu, embuskan napas selama dua detik melalui bibir yang terbuka sedikit. Biarkan perut perlahan-lahan mengempis.
-Lakukan latihan pernapasan ini selama 5 menit.Â
2. Pursed Lips Breathing
Latihan ini bertujuan membuka saluran udara di dalam tubuh agar terbuka lebih lama. Cara melakukannya sangat mudah. Tarik napas melalui hidung dan embuskan melalui mulut selama mungkin dengan bibir mengerucut.
Cara kerja pulse oximeter tidaklah sulit. Cukup memasukkan salah satu jari pada klip oximeter, lalu tekan tombol turn on-nya, maka layar akan menunjukkan jumlah kadar oksigen dalam darah kita. Ada dua angka bersamaan yang muncul. Yakni satu angka menunjukkan jumlah saturasi oksigen, satunya lagi menunjukkan kecepatan detak jantung kita.
Nah, bagaimana? Apakah Anda sudah memiliki alat pendeteksi saturasi oksigen super praktis ini? Jika belum buruan miliki, yaa. Sebab nganu, jangan beri kesempatan Happy Hypoxia merenggut Health and Happiness dari kehidupan Anda.
Salam sehat!
***
Malang, 14 Juni 2021
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H