Lalu aku menggilas semua. Dengan tenang.
Sorenya saat Rahman datang mencari tahu keberadaan mertuanya, aku menyambutnya. Aku berdiri tegak di atas reruntuhan bangunan gudang. Kulambaikan tanganku yang tak berjari. Kubisikkan kata manis ini, "Man, bulir-bulir padi yang pernah kausembunyikan di dalam saku kemejaku, masih utuh."Â
***
Malang, 08 Mei 2021
Lilik Fatimah Azzahra
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!