Ya. Tarjo merasa lega. Satu masalah dianggapnya telah teratasi. Dalam hati lelaki yang sudah memiliki istri dan dua anak itu memuji dirinya sendiri.Â
Kau datang pada orang yang tepat, Tarjo. Siapa sih yang tidak kenal Mak Turah? Dukun serba bisa!
Bibir Tarjo masih tersenyum. Senyum penuh kepuasan. Dan, senyum itu semakin melebar ketika telinganya sayup-sayup mendengar suara rintihan dari dalam bilik yang pintunya masih tertutup.
Rintihan kesakitan Rin.
***
Mobil berwarna putih itu melaju oleng melintasi jalan tol yang panjang. Melalui kaca spion, pengemudinya, seorang lelaki berambut gondrong melirik jok belakang.
"Jadi begitu cerita masa lalumu?" lelaki berambut gondrong itu bergumam pelan. Rin yang duduk meringkuk memeluk kaki, menganguk. Matanya sontak berkaca-kaca.
"Setiap orang memiliki masa lalu. Entah itu baik atau buruk. Tapi yang terpenting, jangan menyimpan dendam demi memanjakan masa lalu kita." Lelaki gondrong itu kembali menatap kaca spion yang tergantung tak jauh dari kepalanya.
"Apakah menurutnu aku menyimpan dendam kesumat tak berkesudahan?" Rin mengangkat dagunya sedikit. Lelaki gondrong itu tidak menyahut. Ia sibuk menstabilkan laju kendaraannya.Â
Sementara dari kejauhan suara sirine mobil polisi masih meranung-raung, riuh. Mengamankan kecelakaan beruntun yang baru saja terjadi.
Rin menggeser duduknya perlahan. Lalu bertanya pada lelaki gondrong itu, satu pertanyaan yang berbeda.
"Oh, ya. Melalui kaca spion itu apakah wajah murungku jelas terlihat --- olehmu?"