/1/
Dahana, tidakkah kau bertanya kemana saja aku sesubuh tadi?
Aku terperangkap di ruang bawah sadar
Membelah pagi yang menggeliat samar
Saat segalanya mamring dikunyah sepi
/2/
Langit terjaga, kemuning berhias bulir-bulir embun
Separuh beningnya kusesap dan separuhnya lagi terbiar lesap di pelupuk stomata daun-daun
Meski tak tahu sampai kapan penantian ini kan berakhir
Harapku terus bertumbuh, cintaku pantang tumbang melebur menjadi debu
/3/
Oh, Dahana ....
Sudahkah kautuang rindu ke dalam cangkir-cangkir bertuliskan nama kita?
Masihkah engkau merupa kekasihku yang Rahwana? Â
Diiringi senyum paling durjana(mu) aku menenun resah!
/4/
Pagi belum usai berkelahi dari sengkarut malam
Tapi diam-diam wajahmu kulukis pada lekuk tubuh halimun temaram
Sebutir cahaya kukira ia pecahan retina matamu
yang pernah kautitip kala satu sayapku patah dan hujan menjelma genangan duka cita
/5/
Oh, oh, kekasihku Dahana ....
Seperti pagi, aku masih belum berhenti
menarik tali sanggurdi
Sebab di ceruk angan kuda hitamku terus berlari kencang mengejar pusaran angin yang membawamu lekang
Pada anak panah Cupid jantungku berebut melesatkan kata; Pulang!
***
Malang, 14 Februari 2021
Lilik Fatimah Azzahra