/1/
Dahana, tidakkah kau bertanya kemana saja aku sesubuh tadi?
Aku terperangkap di ruang bawah sadar
Membelah pagi yang menggeliat samar
Saat segalanya mamring dikunyah sepi
/2/
Langit terjaga, kemuning berhias bulir-bulir embun
Separuh beningnya kusesap dan separuhnya lagi terbiar lesap di pelupuk stomata daun-daun
Meski tak tahu sampai kapan penantian ini kan berakhir
Harapku terus bertumbuh, cintaku pantang tumbang melebur menjadi debu
/3/
Oh, Dahana ....
Sudahkah kautuang rindu ke dalam cangkir-cangkir bertuliskan nama kita?
Masihkah engkau merupa kekasihku yang Rahwana? Â
Diiringi senyum paling durjana(mu) aku menenun resah!
/4/
Pagi belum usai berkelahi dari sengkarut malam
Tapi diam-diam wajahmu kulukis pada lekuk tubuh halimun temaram
Sebutir cahaya kukira ia pecahan retina matamu
yang pernah kautitip kala satu sayapku patah dan hujan menjelma genangan duka cita