Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menelusuri Relung Sejarah dan Peradaban Masyarakat Jawa di Museum Panji Tumpang

3 Februari 2021   13:03 Diperbarui: 3 Februari 2021   21:08 1877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian wayang dan topeng di pintu depan museum. Foto dokpri

Tidak akan cukup waktu berkeliling menelusuri jejak sejarah yang tertinggal di seantero Kota Malang. Sebab jumlahnya sangat banyak. Seperti candi, petilasan, ragam kesenian dan kebudayaan tersebar hampir di seluruh wilayah kota. Tidak heran jika Kota Malang selain dijuluki sebagai kota kembang juga mendapat predikat surganya sejarah.

Bicara mengenai budaya, salah satu budaya adiluhung yang cukup terkenal di Kota Malang adalah kisah Panji. Eits, Panji di sini bukan Panji si petualang itu, yaa. Panji yang ini adalah Panji Asmoro Bangun alias Raden Inu Kertapati.  

Oh, ya. Saking menyatunya dengan hati masyarakat Malang, kisah Panji ini kerap divisualisasikan dalam bentuk lakon dan tari, yakni Tari Topeng Panji.

Sumber: jurnalmalang.com
Sumber: jurnalmalang.com
Meski terdapat beberapa versi tari Topeng Panji, namun pakem cerita Panji tetaplah sama. Di mana kisah merujuk pada lika-liku perjuangan dan perjalanan cinta Raden Panji (Kudawaningpati atau Inu Kertapati), Putra Mahkota Kerajaan Jenggala dan Galuh Candrakirana (Dewi Sekartaji) Putri Kerajaan Daha atau Kediri.

Museum Panji History Alive Today

Bertolak dari nama besar Panji sekaligus sebagai upaya melestarikan kearifan lokal seni budaya leluhur itulah Museum Panji didirikan. Pendirinya adalah seorang pemerhati sejarah dan budayawan asal Kota Malang, Dwi Cahyono. 

Dibangun di atas lahan seluas tiga hektar, Museum Panji telah eksis sejak tahun 2014. Dengan mengusung konsep wisata edukasi, budaya, dan rekreasi.

Tepatnya berada di Desa Slamet, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Jarak tempuh tidak terlalu jauh dari pusat kota. Hanya berkisar 30 menit.

Minggu kemarin, secara kebetulan saya dan para sahabat melewati Museum Panji yang terkenal itu. Tentu rugi rasanya kalau tidak sekalian mampir.

Memasuki pintu gerbang kami disambut pemandangan asri yang kental bernuansa Jawa. Lamat-lamat gending asmaradhana terdengar mengalun syahdu menyejukkan hati.

Foto dokpri
Foto dokpri
Museum Panji History Alive Today. Tulisan tersebut berdampingan dengan foto dua penari topeng sedang memperagakan kisah Panji Asmoro Bangun, sontak mencuri perhatian kami. Sejenak kaki berhenti di sana, mengabadikan satu dua gambar sebelum bergerak melangkah memasuki area gedung. 

Dan, begitu memasuki area gedung kembali mata dimanjakan oleh pemandangan menakjubkan. Puluhan topeng serta wayang berderet seolah berebut memanggil untuk didekati.

Sebagian wayang dan topeng di pintu depan museum. Foto dokpri
Sebagian wayang dan topeng di pintu depan museum. Foto dokpri
Koleksi Wayang dan Topeng Malangan Terlengkap

Yup. Museum Panji memang merupakan museum terlengkap yang mengoleksi beragam wayang dan Topeng Malangan. Mulai dari wayang kulit hingga wayang golek. 

Koleksi sebagian wayang purwa. Foto dokpri
Koleksi sebagian wayang purwa. Foto dokpri
Koleksi wayang gopek. Foto dokpri
Koleksi wayang gopek. Foto dokpri
Demikian pula topeng yang dipajang di sepanjang dinding museum. Bermacam karakter bisa kita temukan di sana.

Oh, ya. Tersedia pula aula berukuran cukup luas untuk pementasan wayang atau tari topeng pada hari-hari besar tertentu.

Foto dokpri
Foto dokpri
Satu lagi, pada sisi kiri bangunan museum berjejer mini market, pujasera, dan stand alat-alat tradisional asli masyarakat Jawa yang diperjualbelikan sebagai cinderamata.

Foto dokpri
Foto dokpri
Rasa takjub pun bertambah manakala kaki semakin jauh memasuki area museum. Beberapa stage disediakan untuk menyeragamkan jenis koleksi.

Semisal Ruang Sastra khusus menyimpan benda-benda antik yang berhubungan dengan kesusasteraan Jawa. Batu-batu prasasti pipih dan kitab-kitab kuno dalam huruf Pallawa serta huruf Arab, juga lembaran batu prasasti menghiasi ruangan ini. Lengkap dengan penjelasan detailnya.

Salah satu koleksi kitab kuno di ruang Sastra Museum Panji. Foto dokpri
Salah satu koleksi kitab kuno di ruang Sastra Museum Panji. Foto dokpri
Beralih ke stage yang lain. Kiranya bukan hanya wayang, topeng, atau kitab-kitab kuno yang menjadi koleksi Museum Panji.

Beraneka koleksi lain peninggalan zaman prasejarah juga terpampang rapi di sana. Mulai dari prasasti batu tulis, arca, fosil, keramik antik, gerabah peninggalan Kerajaan Majapahit, hingga potret dapur masyarakat Jawa tempoe doeloe.

Foto dokpri
Foto dokpri
Foto dokpri
Foto dokpri

Menjajagi satu persatu area museum membuat kaki tak terasa terus melangkah. Maka sampailah kami di satu area yang tak kalah unik dan menarik. Yakni bagian tengah museum di mana lahan yang disediakan sengaja dibangun menurun menyerupai gua bawah tanah.

Area ini dikhususkan untuk sederetan diorama yang menggambarkan perang antara kerajaan Tumapel dan Kerajaan Kediri. Perang ini Kemudian dikendalikan sebagai "Perang Genter". 

Diorama Perang Genter. Foto travel.tempo. com
Diorama Perang Genter. Foto travel.tempo. com

Di lokasi ini saya sempat terpekik kaget saat melihat patung-patung yang berdiri di pojok area diorama. Sungguh, awalnya dari jauh patung-patung itu tampak hidup!

Sayangnya, kunjungan seru ke Museum Panji siang itu harus segera berakhir. Meski dalam hati saya sempat berandai-andai. Andai saja langit tidak terburu disaput mendung, ingin rasanya saya duduk berlama-lama menikmati suasana hening bersama patung-patung unik itu. Dan, nganu, siapa tahu mereka berkenan membawa saya menerobos lorong waktu. Ups!

***
Malang, 03 Februari 2021
Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun