Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | [Bag 1] Dendam Perempuan Lembah Ayu

3 Juli 2021   04:46 Diperbarui: 9 Juli 2021   05:30 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembah Ayu terletak di lereng Gunung Arjuno bagian barat. Selain sulit dijangkau tempat ini dikenal sangat angker. Beredar kabar, dahulu kala Lembah Ayu adalah tempat tinggal sepasang makhluk aneh yang saling mencintai. Keduanya hidup bahagia. 

Sampai suatu hari salah satu dari mereka tewas dikeroyok massa. Kematian itu menumbuhkan dendam tak berkesudahan di hati pasangannya. 

----

Bag. 1

Pemantik Api Dendam

"Terima kasih sudah menjadi suami yang baik untukku. Happy anniversary ...."

Kukecup lembut kedua katup bibirnya. Sontak aroma wangi tembakau terendus oleh hidungku.

"Kau harus mengurangi merokok, Beib. Sebab kalau tidak, kau akan cepat mati. Dan, kau tahu apa artinya itu, bukan? Kalau kau mati aku juga akan ikut mati." Aku menatapnya manis. Ia memejamkan mata sejenak. Pertanda sedang mempertimbangkan kata-kataku.

Selanjutnya kami menghabiskan malam di luar rumah. Menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit. Menyalakan api unggun yang terbuat dari guguran daun-daun. Juga membiarkan dada kami saling berhimpit untuk mengurangi udara dingin.

Tepat pukul dua belas malam suara lolong anjing membuatnya melepas dekapan. Ia berbalik badan. Memunggungiku. Sesaat sebelum lolongan ajag itu berakhir, ia menoleh ke arahku --- dengan mata merah menyala.

Sultan. Suamiku. Perlahan ia kembali ke wujud asalnya. Seekor Serigala.

***
Aku masih berdiri di punggung lembah. Menatap sayu hingga ke kejauhan. Berharap melihat sosok Sultan muncul kembali, berseru memanggil namaku, membentangkan tangan, memelukku, lalu menghujani keningku dengan bertubi kecupan.

Tapi hingga embun di atas dedaunan lesap mengering, hingga pagi berubah menjadi senja yang dingin, dan lolong anjing kembali memperdengarkan suaranya yang miris, Sultan yang kutunggu tidak juga kunjung datang.

Kedua mataku mulai terasa panas dan berair. Sementara angin lembah kian rakus berebut menjilati sekujur pori-pori tubuhku, membuatku menggigil hebat.

"Hipotermia. Perempuan ini mengalami hipotermia!" Lamat-lamat kudengar seruan itu. Dan, sebelum benar-benar kehilangan kesadaran mataku sempat menangkap sosok lelaki yang amat kucintai.

Sultan.

Ia terkapar di tengah kerumunan orang-orang tak kukenal. Sekujur tubuhnya babak belur berlumuran darah.

***

Di sebuah Rumah Sakit terpencil.

Selang infus membuat rentang gerakku sangat terbatas. Aku hanya bisa memiringkan badan, sedikit, ketika dokter dan seorang perawar datang mengunjungiku.

"Bagaimana keadaanmu pagi ini? Merasa jauh lebih baik?" dokter bertanya seraya menyentuh denyut nadi di pergelangan tanganku. Aku mengangguk.

"Kalau hasil pemeriksaan kesehatan hari ini semakin bagus, kamu boleh pulang," dokter melanjutkan.

"Pulang? Pulang ke mana?" Aku bergumam. Dokter mengernyitkan dahi. Perawat yang berdiri di sampingnya membisiki sesuatu.

"Benar kamu tidak memiliki keluarga?" Dokter mendekatkan wajahnya yang berkaca mata. Aku mengangguk.

"Tapi perempuan ini sempat mengaku memiliki suami, Dokter," perawat menimpali ragu.

"Oh, ya? Siapa nama suamimu?"

"Sultan. Tapi saya lebih suka memanggilnya ...."

Sejenak suasana berubah menjadi hening. Sangat hening. Sampai otakku memerintahkan untuk berbuat sesuatu. Sesuatu yang sangat brutal.  

Tiba-tiba saja kakiku sudah melompat dari tempat tidur. Menerjang selimut, menjatuhkan bantal, memutus selang infus dengan kasar. 

Dan, sebelum meninggalkan ruang perawatan melalui jendela yang dibiarkan terbuka, kedua tanganku yang berkuku panjang mendorong keras tubuh dokter beserta asistennya. Hngga keduanya jatuh tersungkur mencium lantai.

Bersambung ....

***

Malang, 3 Juli 2021

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun