Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen Wayang] Banowati, Dendam Cinta yang Tak Kunjung Usai

2 November 2020   07:22 Diperbarui: 2 November 2020   09:45 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:wayangindonesia.wordpress.com

Bukan salah Aswatama jika ia jatuh cinta pada Banowati--putri ketiga Prabu Salya dari Kerajaan Mandaraka. Gadis itu memang telah tumbuh ranum, cantik dan seksi.

Tapi sayang, Aswatama harus mengubur dalam-dalam perasaan cintanya itu. Ia sungguh sangat tahu diri. Siapa dirinya dan siapa Banowati.

Ada jurang pemisah bernama kasta.

Rasa minder membuat Aswatama menjauhkan diri dari keramaian. Ia memilih menyepi, fokus pada urusan berlatih memanah.

Ya. Memanah. Itulah satu-satunya pelarian terbaik bagi Aswatama. Meski tak bisa dipungkiri, sesekali mata lelakinya yang dipenuhi rasa cinta itu diam-diam mencuri pandang saat Banowati melenggang kemayu di hadapannya.

Akan halnya Banowati. Ia sudah lama menaruh hati pada Arjuna. Lelaki paling tampan dalam dunia pewayangan. Lelaki sakti mandraguna tak tertandingi yang berjuluk lelananging jagat.

Gelagat Banowati itu terbaca pula oleh Aswatama.

"Cinta memang selalu begitu. Deritanya tiada akhir." Angin berbisik lirih di telinga Aswatama. Membuat putra Drona itu mendongak menatap langit. Lengannya yang kekar seketika menarik kuat-kuat tali busur yang digenggamnya.

Seekor burung yang pagi itu terbang mengangkasa siap menjadi sasaran kegundahan hati Aswatama.

"Menghindarlah kalau kaubisa!"

Lalu, tap! Burung tak bersalah itu jatuh menggelepar di atas permukaan tanah.

Aswatama menghela napas panjang. Ini burung kesekian yang mati di tangannya. Apakah kelak Banowati harus mati di tangannya pula?

***
Sementara itu Banowati tertegun ketika mendengar kabar bahwa Ayahanda---Prabu Salya telah menerima pinangan Duryudana. 

Tergesa Banowati menemui Ayahandanya di balairung. Lalu dengan suara tercekat ia menyampaikan bahwa dirinya sama sekali tidak mencintai lelaki keturunan Kurawa itu.

"Cinta bisa datang belakangan, Nduk. Percayalah. Witing tresna jalaran saka kulina. Tumbuhnya cinta karena terbiasa. Terbiasa bertemu, terbiasa melayani, dan..." Prabu Salya berusaha membujuk Banowati.

"Baiklah Rama Prabu. Ananda bersedia menjadi istri Duryudana. Tapi ada syaratnya."

"Katakan."

"Syaratnya adalah, saat malam midodareni nanti yang memandikan Ananda haruslah Kangmas Arjuna!"

Kata-kata Banowati itu didengar pula oleh Aswatama. Dan, entah mengapa cinta yang tumbuh mekar di dada putra guru Drona itu mendadak berubah menjadi dendam.

Seekor gagak hitam terbang melintas di langit Mandaraka. Aswatama merapatkan rahangnya kuat-kuat. Diangkatnya tinggi-tinggi busur anak panah dengan tangan gemetar.

Pagi ini semakin yakin ia. Kelak hidup Banowati akan berakhir di tangannya.

Tunggu saja!

***
Malang, 02 November 2020
Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun