Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Santet yang Gagal

12 Oktober 2020   05:00 Diperbarui: 12 Oktober 2020   05:22 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:travel.okezone.com


Kisah ini terjadi sekitar dua puluh tahun silam.

Suatu malam saya ditelpon adik perempuan yang tinggal di daerah Pasuruan. Ia mengingatkan agar saya tetap terjaga, tidak tidur sampai jelang waktu Subuh.

Merasa ada yang tidak beres, saya menurut. Saya habiskan malam itu dengan menunaikan sholat sunah dan duduk bersimpuh menderas ayat-ayat suci Al Quran.

Esoknya, suami adik perempuan (ipar saya) datang berkunjung dan minta kami bertemu di kediaman Ibu yang jaraknya sekitar 5 km dari rumah saya.

Kembali saya menurut.

Singkat cerita, di rumah ibu, adik ipar menyampaikan perihal yang mencengangkan. Katanya, semalam ada yang berusaha mengirimkan "sesuatu" dengan meminjam rumahnya sebagai media.

Adik ipar kemudian memaparkan runtutan kronologinya.

Sekitar pukul sepuluh malam datang tujuh orang pria bertamu ke rumahnya. Karena mengenal baik salah satu dari rombongan itu (ia menyebut salah satu nama yang juga saya kenal), adik ipar menjamu mereka dengan sangat baik dan senang hati.

Bahkan ketika rombongan tujuh orang itu menyampaikan niat untuk menginap barang semalam dengan alasan sudah kemalaman jika melanjutkan perjalanan, tanpa pikir panjang adik ipar mengizinkan.

Malam terus beranjak. Jarum jam sudah menunjuk pada angka 11. Tapi para pria yang bertamu itu belum satu pun yang beranjak tidur. Mereka masih duduk melingkar di ruang tamu sembari membicarakan entah apa.

Sampai kemudian adik ipar merasakan ada sesuatu yang agak janggal. Ketika salah seorang dari rombongan itu berdiri dan menanyakan kepadanya apakah ia memiliki sebilah belati.

"Kalau ada saya mau pinjam. Nanti tepat pukul 12 kami akan menyembelih seekor ayam."

Menyembelih seekor ayam di tengah malam? Adik ipar mengernyitkan alis.

"Boleh saya lihat ayam yang akan disembelih?" Adik ipar bertanya hati-hati. Si tamu menunjuk sebuah keranjang yang dibungkus kain hitam, yang rupanya sejak tadi diletakkan di sudut ruang tamu.

Tidak berhenti sampai di situ. Adik ipar segera berjalan mendekati keranjang yang dibungkus kain hitam itu. Serta merta dibukanya kain penutupnya dengan paksa. Dan, emosinya pun pecah!

"Kalian semua, silakan meninggalkan rumah saya sekarang juga! Kalau tidak, akan saya kerahkan warga untuk menghajar kalian!"

Saya yang sedari tadi duduk diam menyimak cerita di samping Ibu, sedikit bingung. Apa yang membuat adik ipar sedemikian marah?

"Ayam hitam cemani itu, Mbakyu. Hewan itu digunakan sebagai media klenik untuk mengirimkan niat jahat." Adik ipar seolah tahu apa yang sedang berkecamuk di dalam pikiran saya.

"Niat jahat? Semacam santet, maksudmu?" Saya mulai meraba-raba. Saya pernah mendengar kasak-kusuk soal kegunaan ayam cemani ini. Adik ipar mengangguk.

"Lantas siapa sasaran mereka?" Kembali saya bertanya. Dengan suara pelan.

"Sasarannya? Mbakyu!"

"A-ku?!" Saya terlonjak. Terkejut bukan alang kepalang.

"Iya, Mbakyu!"

"Tapi---apa salahku?"

"Bukankah selama ini Mbakyu terus mbalelo? Bukankah sampai detik ini Mbakyu belum juga memberi izin suami Mbakyu menikah lagi?"

Saya beringsut. Memeluk erat Ibu.

***

Malang, 12 Oktober 2020
Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun