Kisah ini terjadi sekitar dua puluh tahun silam.
Suatu malam saya ditelpon adik perempuan yang tinggal di daerah Pasuruan. Ia mengingatkan agar saya tetap terjaga, tidak tidur sampai jelang waktu Subuh.
Merasa ada yang tidak beres, saya menurut. Saya habiskan malam itu dengan menunaikan sholat sunah dan duduk bersimpuh menderas ayat-ayat suci Al Quran.
Esoknya, suami adik perempuan (ipar saya) datang berkunjung dan minta kami bertemu di kediaman Ibu yang jaraknya sekitar 5 km dari rumah saya.
Kembali saya menurut.
Singkat cerita, di rumah ibu, adik ipar menyampaikan perihal yang mencengangkan. Katanya, semalam ada yang berusaha mengirimkan "sesuatu" dengan meminjam rumahnya sebagai media.
Adik ipar kemudian memaparkan runtutan kronologinya.
Sekitar pukul sepuluh malam datang tujuh orang pria bertamu ke rumahnya. Karena mengenal baik salah satu dari rombongan itu (ia menyebut salah satu nama yang juga saya kenal), adik ipar menjamu mereka dengan sangat baik dan senang hati.
Bahkan ketika rombongan tujuh orang itu menyampaikan niat untuk menginap barang semalam dengan alasan sudah kemalaman jika melanjutkan perjalanan, tanpa pikir panjang adik ipar mengizinkan.
Malam terus beranjak. Jarum jam sudah menunjuk pada angka 11. Tapi para pria yang bertamu itu belum satu pun yang beranjak tidur. Mereka masih duduk melingkar di ruang tamu sembari membicarakan entah apa.