Yes!
Tanpa menunda-nunda waktu lagi Sumi berjalan menuju ke arah gudang. Ia sudah memutuskan untuk melakukan sesuatu. Ya, sesuatu yang akan membebaskan suaminya dari rasa ketakutan.
***
Sumi sudah tiba di pekuburan yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Matanya yang bulat mengawasi sekeliling. Sebilah golok tajam tergenggam erat di tangan kanannya.
Begitu pandangannya tertumbuk pada sesuatu yang diincarnya, perempuan itu gegas mempercepat langkah.
"Cras! Cras!" Sabetan golok terdengar berulang mengenai sesuatu yang selama ini dipercaya sebagai lambang pekuburan itu. Tanpa ampun.
Dua puluh menit kemudian, Sumi berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Ia menarik napas lega, menyeka peluh yang membasahi kening, dan melangkah ringan menuju pulang.
"Kang, hantu PKI-nya sudah aku bantai! Sampai ke akar-akarnya pisan!" Ia berseru lantang seraya menggedor-gedor pintu kamar di mana suaminya masih mengunci diri.
Ratmo yang sedang asyik meringkuk di balik selimut sontak terlonjak bangun.Â
Apa?! Sumi berhasil mengusir hantu PKI?
Setengah melompat Ratmo membuka pintu kamar. Dilihatnya Sumi sudah berdiri menghadangnya sembari mengacung-acungkan golok tepat di depan batang hidungnya.
"Pohon Kamboja Induk sudah aku tebang! Jangan bermalas-malasan lagi! Buruan sana cari kerja! Nggak usah alasan macam-macam. Takut Corona-lah, takut hantu PKI-lah. Ingat, ada perut anak-anak yang harus diisi!" Sumi mengomelinya habis-habisan.