Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Keluarga Anda Terinfeksi Covid? Tanggap, Tenang, dan Jangan Panik!

25 September 2020   10:47 Diperbarui: 25 September 2020   10:52 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: klikdokter.com

"Tetap tenang! Jangan Panik! Segera ikuti prosedur penanganan Covid-19 sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku."

Imbauan itu saya adaptasi dari pengalaman sehari-hari bersama dokter saat menangani pasien yang positif terinfeksi Covid-19.

Saya contohkan di sini, beberapa bulan lalu saat pertama kali mengetahui pasien kami---seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi ternama di Kota Malang positif terkena Corona, yang dilakukan dokter paling awal adalah berdiskusi bersama keluarga si pasien.

Saya menyimak dengan baik, bagaimana dokter lebih menekankan pada perilaku keluarga si pasien agar "tidak panik dan tetap tenang".

Selain itu, dokter juga menyarankan agar seluruh keluarga melakukan tindakan preventif. Yakni tindakan pencegahan dengan membiasakan hidup bersih dan melakukan rapid test untuk memastikan imunitas tubuh dalam kondisi baik.

Juga sebisa mungkin menjaga jarak sementara (physical distancing) dengan si pasien sampai pasien dinyatakan benar-benar sembuh.

Bersyukur keluarga pasien termasuk type keluarga yang tanggap. Mereka tidak hanya mendengarkan tapi juga siap melaksanakan.

Begitu si pasien resmi masuk Rumah Sakit, berbondong-bondonglah seluruh keluarga menghadap dokter. Cek kesehatan sebagai upaya tindakan preventif pun segera dilakukan. Mulai dari rapid test sampai foto rontgen paru-paru.

Sungguh pekan itu merupakan pekan yang amat sibuk bagi kami---saya dan dokter.

Alhasil, tiga Minggu kemudian, kami mendapat kabar menggembirakan bahwa pasien terinfeksi Covid sudah dinyatakan sembuh dan boleh istirahat di rumah.

Contoh kasus berikutnya. Sekitar satu bulan lalu, datang sepasang suami istri usia paruh baya ke tempat praktik dokter. Saat saya tanyakan siapa yang hendak berobat, si istri menunjuk ke arah suaminya.

Seperti biasa sebelum memeriksa secara teliti dokter menginterogasi apa yang dikeluhkan oleh si pasien. Si pasien mengaku tubuhnya demam hampir satu minggu, disertai keringat dingin dan sesak napas.

Tersebab ciri-cirinya merujuk pada gejala Covid-19, dokter segera memberi surat pengantar untuk foto thorax ke laboratorium terdekat.

Bagaimana tanggapan istri pasien?

Mbalelo. Si ibu menolak mengantar suaminya cek ke laboratorium. Ia bersikeras bahwa suaminya hanya terserang demam biasa.

"Minta resep dari Dokter saja. Dulu suami pernah sakit demam seperti ini langsung sembuh setelah diobati oleh Dokter." Si istri tetap ngeyel.

"Tidak bisa! Suamimu harus diperiksakan ke laboratorium. Ini musim covid. Jangan sampai terlambat penanganannya." Dokter menegaskan.

Selanjutnya, entahlah. Apakah si pasien dan keluarganya melaksanakan imbauan dokter atau tidak. Yang jelas saat saya hubungi via nomor telpon yang ditinggalkan, tidak ada yang mengangkat.

Kasus teranyar, suatu siang, kembali sepasang suami istri meminta bertemu dokter. Kali ini si istri yang mengeluh batuk tidak sembuh-sembuh.

Setelah bertanya ini itu dan memeriksa kondisi si pasien secara teliti, dokter gegas memberi surat rujukan ke RS terdekat.

"Saya kenapa Dokter?" Pasien bertanya dengan wajah pucat.

"Kemungkinan kamu terinfeksi Covid-19. Gejalanya ke arah sana. Nanti kevalidannya akan terbukti setelah kamu menjalani PCR dan rapid test."

Sejenak suasana hening. Tapi kemudian cair kembali setelah dengan tenang dokter menyampaikan penjelasan.

"Asal tidak terlambat covid bisa disembuhkan. Tidak perlu panik. Ikuti prosedur kesehatan yang disarankan supaya penanganannya bisa maksimal."

Saya bahkan ikut urun menenangkan. Memberi semangat kepada si ibu dan suaminya.

"Ibu segera berangkat ke Rumah Sakit nggih. Sebelum terlambat. Bapak juga jaga kesehatan."

Esoknya, saya ditelpon oleh si pasien, memberi tahu dirinya sedang menjalani opname dengan hasil PCR dinyatakan positif.

Satu Minggu kemudian, saya mendapat kabar bahwa si ibu sudah boleh pulang dan harus menjalani isolasi mandiri di rumah.

Secepat itu? Ya! Tersebab pihak Rumah Sakit kewalahan. Daya tampung untuk pasien pengidap covid sudah penuh. Jadi bagi penderita yang kondisinya sudah membaik dirujuk untuk pulang.

Lantas bagaimana keluarga si pasien---yang tentu saja masih merasa was-was berkenaan dengan kondisi si ibu, apakah benar-benar sudah bebas dari virus covid?

Keluarga mengambil inisiatif tepat. Mereka terus berkomunikasi dengan dokter. Meminta saran harus bagaimana dan mesti berbuat apa.

Kembali saya menyimak dengan seksama beberapa hal yang dipesankan oleh dokter kepada keluarga pasien terinfeksi Covid-19.

1. Tetap tenang. Tidak panik. Serta memberi dukungan sepenuhnya kepada pasien terinfeksi untuk tetap bersemangat menuju sembuh.

2. Tetap menjaga jarak selama pasien menjalani isolasi mandiri.

3. Menjaga kebersihan badan, lingkungan, memperhatikan asupan gizi, mengonsumsi vitamin, rajin berolah raga dan berjemur. Imbauan ini berlaku bagi anggauta keluarga termasuk si pasien.

4. Segera tanggap dan mengambil tindakan tepat dengan berkonsultasi ke dokter atau pihak Rumah Sakit jika menemukan gejala covid menyerang salah satu anggauta keluarga.

5.Bersikap bijak dengan tidak mengucilkan eks penderita Covid-19.

Demikian. Salam hangat. Semoga covid segera berlalu dan kita semua selalu dilimpahi kesehatan. Amiiin.

***
Malang, 25 September 2020
Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun