Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bercerai Itu Berat, Kamu (Tidak) Akan Kuat!

6 September 2020   05:29 Diperbarui: 6 September 2020   05:53 1931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan karakter ini sempat membuat saya terkejut. Bisa jadi pasangan saya juga merasakan hal yang sama (terkejut) saat kami benar-benar tinggal di bawah satu atap dan mulai menyadari bahwa ada karakter-karakter lain yang sebelumnya tidak terbaca.

Sekalipun di awal-awal pernikahan kami sudah berupaya (belajar) untuk memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing, toh, tetap saja setiap kali ada permasalahan yang timbul, kami belum bisa sepenuhnya seiring sejalan untuk memecahkannya. 

Masing-masing dari kami punya pandangan dan pemikiran tersendiri. Yang ujung-ujungnya terkesan lebih mengedepankan ego daripada rasa legawa.

Ibarat membangun sebuah rumah, kami ternyata minim persiapan. Pondasi kami sangat rapuh. Maka tidak heran ketika badai besar itu datang menerjang, rumah cinta yang kami bangun pun ambruk. Jatuh berkeping-keping.

Bercerai, Perbuatan Halal yang Tidak Disukai Allah.

Bercerai itu berat. Kamu tidak akan kuat!

Pernyataan di ataa pernah disampaikan oleh beberapa kerabat ketika mereka mengetahui pada akhirnya saya berniat menggugat cerai pasangan saya, 20 tahun silam.

Saya tahu mereka---para kerabat itu bermaksud baik. Berharap saya tetap mempertahankan biduk rumah tangga yang sudah terbina selama 12 tahun. 

Eman-eman. Begitu kata mereka saat mencoba mempengaruhi hati saya. Terlebih lagi dari pernikahan tersebut saya sudah dikaruniai 4 orang anak yang lucu-lucu.

Tapi kembali, keputusan ada di tangan saya. Saya yang mengalami pahit getirnya kehidupan berumah tangga, saya pula yang berhak menentukan pilihan terbaik bagi kelangsungan hidup saya.

Meski tak urung saya menangis juga usai Majelis Hakim Pengadilan Agama tempat di mana saya mengajukan gugatan cerai mengetuk palu. Meresmikan perceraian kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun