***
Sekarang saya sudah dewasa. Sudah menikah. Sudah pula hidup makmur. Sementara Ibu, ia sudah meninggal dunia, secara mengenaskan, karena kesepian tinggal di rumah sendirian tanpa saya.
Tentang Jalan Bajing yang pernah diceritakan oleh mendiang Ibu, saya sudah berhasil menemukannya. Jalan itu memang ada. Bukan fiktif. Bukan sekadar cerita isapan jempol belaka.
Hanya saja, saya kira Ibu telah salah baca mengenai tulisan jalan unik itu. Tersebab penglihatannya yang sudah mengabur karena penyakit tua. Ibu tidak bisa melihat dua huruf terakhir, yakni; an, setelah kata Bajing.
Tapi itu tidak menjadi soal. Yang penting kehidupan saya kini sudah berubah. Saya sudah menjadi lelaki penuh wibawa. Tergabung ke dalam koloni orang-orang kaya baru yang tidak memiliki urat malu.Â
Urat malu? Ah, persetan! Lihat saja saya sekarang. Tanpa harus bekerja keras memeras keringat, cukup dengan menipu dan menilep uang rakyat, saya merasa diri paling hebat dan terhormat.
Saya benar-benar menikmati tersesat di "Jalan Bajingan" yang laknat!
Di alam kuburnya, Ibu pasti malu dan menyesal telah melahirkan anak seperti saya.
***
Malang, 16 Juni 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H