"Istri saya benar. Kami bisa saja memanggil polisi dan menangkap Anda dengan pasal mengganggu ketenangan orang lain!" Tuan Martin menatapku tajam.
"Saya hanya ingin memastikan satu hal, Tuan Martin. Apakah mayat di dalam peti mati itu memang benar Tuan Fredy? Jika Anda memberi kesempatan pada saya untuk melihatnya, saya berjanji setelahnya akan segera pergi."
Tuan Martin diam sejenak. Lalu memberi tanda dengan telunjuknya agar aku dan sepupuku mengikutinya masuk ke ruang dalam.
Sebuah peti mati berada di tengah-tengah ruangan. Sesaat Jhon meneliti keadaannya sembari bergumam. "Sepertinya peti ini sudah dipaku paten, Sherlick."
"Buka paksa, Jhon! Kau bisa melakukannya, bukan?" Suaraku terdengar mulai gugup. Aku memang sedang dikejar waktu.
Dan aku merasa lega, ketika Jhon berhasil melakukannya dengan sangat baik. Peti mati itu terbuka lebar.
Tampak sesosok mayat, seorang pria tua terbujur kaku di dalamnya.
Aku mendekat, mengamati sekali lagi. Memastikan bahwa mayat di dalam peti mati itu memang benar-benar Tuan Fredy.
"Bagaimana? Anda puas Nona? Sekarang, jika Anda tidak ingin saya benar-benar memanggil polisi, silakan segera pergi dari rumah ini!"Â
Tuan Martin menarik lenganku dengan kasar. Lalu berseru lantang ke arah Jhon. "Dan Anda Tuan bertubuh pendek, tutup kembali peti mati itu seperti sedia kala!"
***
Sepanjang perjalanan pulang otakku terus bekerja. Mencari kemungkinan-kemungkinan kecil yang bisa saja terjadi.