Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Misteri Peti Mati

2 Juni 2020   06:25 Diperbarui: 2 Juni 2020   06:38 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Istri saya benar. Kami bisa saja memanggil polisi dan menangkap Anda dengan pasal mengganggu ketenangan orang lain!" Tuan Martin menatapku tajam.

"Saya hanya ingin memastikan satu hal, Tuan Martin. Apakah mayat di dalam peti mati itu memang benar Tuan Fredy? Jika Anda memberi kesempatan pada saya untuk melihatnya, saya berjanji setelahnya akan segera pergi."

Tuan Martin diam sejenak. Lalu memberi tanda dengan telunjuknya agar aku dan sepupuku mengikutinya masuk ke ruang dalam.

Sebuah peti mati berada di tengah-tengah ruangan. Sesaat Jhon meneliti keadaannya sembari bergumam. "Sepertinya peti ini sudah dipaku paten, Sherlick."

"Buka paksa, Jhon! Kau bisa melakukannya, bukan?" Suaraku terdengar mulai gugup. Aku memang sedang dikejar waktu.

Dan aku merasa lega, ketika Jhon berhasil melakukannya dengan sangat baik. Peti mati itu terbuka lebar.

Tampak sesosok mayat, seorang pria tua terbujur kaku di dalamnya.

Aku mendekat, mengamati sekali lagi. Memastikan bahwa mayat di dalam peti mati itu memang benar-benar Tuan Fredy.

"Bagaimana? Anda puas Nona? Sekarang, jika Anda tidak ingin saya benar-benar memanggil polisi, silakan segera pergi dari rumah ini!" 

Tuan Martin menarik lenganku dengan kasar. Lalu berseru lantang ke arah Jhon. "Dan Anda Tuan bertubuh pendek, tutup kembali peti mati itu seperti sedia kala!"

***
Sepanjang perjalanan pulang otakku terus bekerja. Mencari kemungkinan-kemungkinan kecil yang bisa saja terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun